Etika Bersosial Media, Jangan Gak Baperan


Tulisan ini lebih dikhususkan untuk netizen perempuan, yang menjalani hidup 80% menggunakan perasaan.

Pernah gak diblok akun sosmed sama teman atau saudara gara-gara “Statusnya nyindir gue tuh…”?
Atau pernah gak dijadikan bahan ghibah saat ngumpul sama keluarga besar, gara-gara “Dia kan rajin bikin tulisan ngejelek-jelekin keluarga kita, pasti…”

Beberapa cerita teman saya pernah mengalami hal yang lebih parah, putus pertemanan dan gak dianggap ketika kumpul keluarga gara-gara tulisannya.

Seberpengaruh itu kah?
Ternyata iya

Entah saya harus berpikir senang, karena ternyata tulisan seseorang itu bisa sangat mempengaruhi orang lain. Atau harus sedih, karena ternyata masih sangat banyak orang-orang yang pemahaman bermedia sosialnya begitu sempit.

Ada beberapa meme menyebar, bunyinya kurang lebih seperti ini:

Ketika orang lain share foto liburan, kamu dalam hati “pamer banget sih”
Ketika orang lain share foto rumah bagus, kamu dalam hati “sok kaya amat sih”
Ketika orang lain share menu masakan, kamu dalam hati “alaahh baru juga bisa masak gituan”
Ketika orang lain share main sama anak dan keluarganya, kamu dalam hati “ah, belum tentu itu di rumahnya bahagia. Di sosmed aja pencitraan”
Ketika orang lain share quotes self reminder, kamu dalam hati “kurang kerjaan banget sih nih orang, nyindir orang lain mulu. Urus aja urusannya sendiri”

Menyimpulkan sepihak segala sesuatu yang orang lain lakukan itu adalah salah.


Jangan-jangan kita yang selama ini punya banyak sekali penyakit hati. Tidak bisa melihat status orang lain bahagia. Tidak ingin percaya bahwa orang lain hidupnya lebih baik dari kita. Gampang ‘ngerasa’ ketika orang lain sharing quotes nyelekit, yang KEBETULAN kondisinya sama dengan kita. Dan akhirnya kita berlarut dengan kebencian, buruk sangka, baper.

Zaman now, mungkin menghindari kerumunan ibu-ibu arisan atau meninggalkan ghibah sama keluarga agak lebih gampang. Tapi menghindari kebaperan dengan status tetangga di sosial media kayaknya masih berat.

Kalau ngerem jempol sih mungkin bisa, tapi agak susah ya bu ibu ngerem hati buat berpikir bersih. Adaaa aja kesinggungnya. Semua dibaperin.

Pernah gak sih sesekali bertanya, apakah semua orang yang sharing statusnya (apapapun) di media sosial itu beneran untuk menyinggung orang lain, untuk pamer sama orang lain, untuk dilihat orang lain?

Jangan-jangan mereka gak pernah 'ngeh kalau kita melihat apa yang mereka posting.

Maaf, gini, gini. Ada beberapa orang yang ketika mereka menulis sesuatu niatnya sih ingin share aja, ingin berbagi momen dengan orang terdekat aja, ingin ditangkap kodenya sama seseorang aja. Bukan berniat menyindir si ini dan si anu.

Atau walau ketika iya dia pamer, bukankah sama sekali tidak merugikan siapa-siapa. Atau bahkan ketika dia menyindir seseorang, bukankah sindirannya itu beneran termakan, atau bahkan ketika dia berniat agar bisa dilihat orang lain, bukankah misinya berhasil?

Dan ya, sudah. Begitu aja.



Sekarang kita balik. Jangan-jangan memang ketika kita buka sosmed, nulis status, sharing quotes, posting gambar-gambar, sebenarnya memang hanya untuk menyindir orang lain, pamer, atau bahkan sengaja untuk membuat orang lain iri dengan segala keberhasilan dan pencapaian kita.

Ketika iya, apakah setelah itu dilakukan benar-benar tidak ada beban? Yakin?

Cuma mau sharing kok, tapi gak ada yang nge-like baper
Cuma mau ngingetin diri sendiri kok, tapi ketika dikomen yang negatif, tersinggung.

Main sosial media itu harus pakai perasaan, agar gak melulu merasa gampang kesinggung. Tapi harus juga pakai perasaan supaya tahu jangan-jangan tulisan yang ini bisa menyinggung orang lain.

Setidaknya ada dua kemungkinan kenapa kita mudah kebawa perasaan dengan isi status atau tulisan orang lain yang bahkan tidak sengaja kita baca, dan kita baper.

Pertama, bisa jadi kita memang sedang dalam ada di posisi dan kondisi yang sama. Makanya kesindir
Kedua, bisa jadi emang kita bete aja sama orang itu. Jadi apapun yang dia posting, dia lakukan, dia share, kok bawaannya kesel aja. Hehe

Dan ada dua alasan juga kenapa kita jadi gampang dibaperin orang lain.
Pertama, bisa jadi memang kita sengaja membuat status yang menyindir orang lain biar dia ngerasa
Kedua, ada masalah tinggi hati yang sangat besar, sehingga apa-apa yang kita capai semua orang harus banget tahu.

Nah, kan sudah terjawab. Jadi beberapa penyakit hati ketika berselancar di sosial media itu adalah buatan kita sendiri. Bukan orang lain yang sengaja menyakiti.

Kalau kata para ahli bahasa, main sosial media itu bagai pedang bermata dua. Kalau salah pegang, antara kita yang menebas orang lain, atau justru kita pribadi yang tertebas dengan kebaperan yang dibuat-buat sendiri.


Mengutip dari beberapa sumber, ada beberapa etika bermain sosial media, terutama dalam dunia muslim:

  • Muraqabah. Kita harus selalu punya perasaan diawasi Allah. Jadi apapun yang kita tulis / posting, termasuk niat menulis / posting sesuatu diketahui oleh Allah subḥānahu wataʿālā
  • HisabSetiap kalimat, foto, video yang kita unggah, akan dipertanyakan kelak di akhirat. Jadi berpikir kembali saat kita akan menunggah untuk diketahui umum
  • Istifadah. Kalau di rasa main sosmed ini bermanfaat, ya lakukan. Tapi kalau justru dirasa banyak merugikannya, banyak bapernya, banyak sakit hatinya, banyak nyakitin orangnya, sebagai seorang muslim pasti lebih baik menghentikan
  • Memperhatikan pertemanan. Pertimbangkan kebaikan dan timbangan ilmunya. Jangan asal ikut-ikutan orang yang tidak jelas kebaikannya
  • Wasilah. Jadikan sosmed itu sebagai sarana menebar kebaikan, mengingatkan sesama teman di jalan kebenaran. Bukan yang mengundang keributan atau kebencian
  • Tidak lalai. Jangan sampai asyik bersosmed lupa waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan teman di dunia nyata. Apalagi melalaikan ibadah

 

Dengan kecanggihan teknologi yang semakin meningkat, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyebar kebaikan dengan mudah. Bukan sebaliknya.

Yuk ah posting dan sharing yang baik-baik aja. Baca-baca status / postingan orang pakai perasaan, tapi jangan baperan!

6 Comments

  1. Aku banget nih, kadang baper lihat status orang yang lebih beruntung daripada aku. Tapi aku sadar diri saja sih, bukan mereka yang punya niat pamer melainkan aku yang gampang baper. Jadi sekarang lebih jarang buka sosmed, toh aku juga jarang update. Akhirnya bisa lebih bahagia menikmati hidup. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusiawi kak, dan tugas kita juga sudah membatasi diri karena yang paling tahu apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan :)

      Hapus
    2. Manusiawi kak, dan tugas kita juga sudah membatasi diri karena yang paling tahu apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan :)

      Hapus

Silahkan tinggalkan pesan di sini: