Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio

Saya pikir novel Dilan dan Milea sudah sangat 'romantis' dengan kekhas-annya. Ternyata tidak. Helen dan Sukanta berhasil mengalahkannya. Iya saya pikir begitu.

Membaca novel ini seperti naik roller coaster, dibawa senang sejak membuka halaman pertama. Kemudian ikut kesal di halaman selanjutnya. Bahagia hampir di ujung cerita. Dan perasaan meledak haru, pahit, getir di halaman terakhir. Menutup buku dengan perasaan tidak percaya.

Sial. Cerita yang sangat menyebalkan.

Di awal, saya merasa happy sekali membaca prolog novel ini. Saya seakan ikut duduk di samping Ayah Pidi bertemu Oma Helen di restoran Lachende Javaan, Belanda, memandang jelas sisa-sisa garis kecantikannya. Ikut tersenyum mendengar pembukaan ceritanya tentang bagaimana Oma Helen, sang noni Belanda lahir, kecil, kanak-kanak, hingga remaja, masa-masa indah tinggal di Indonesia.

Pikiran saya seolah masuk ke lorong waktu, ikut menghirup udara pagi yang sejuk dan kabut yang menyelimuti langit Tjiwidey. Senyum-senyum membayangkan kisah cinta Oma dengan Ukan-nya. Bagaimana rasanya sembunyi-sembunyi berjumpa kekasih pujaan yang tak direstui.

Cinta Helen dan Sukanta, terasa sangat manis. Meski ditimpa kenyataan pahit bahwa noni Belanda 'dilarang' berhubungan dengan pribumi. Bahkan saking manisnya, saya tidak merasa bahwa saat itu orang-orang Belanda begitu menyebalkan, karena menganggap rendah bangsa kita. Menjadikan orang pribumi babu di rumahnya sendiri.

Helen menjadikan saya menyayangi nona Belanda yang lembut, anggun, dan cantik ini. Nona Belanda yang mencintai Sukanta, sang pribumi rendahan dengan tulus dan setia. Meski mendapat penolakan keras pada awalnya.

Saya kira hubungan yang terlarang ini akan berakhir dengan perpisahan gitu aja. Ternyata, takdir menulis cerita roman Helen - Sukanta dengan begitu indah. Sebelum perang dunia kedua pecah. Dua sejoli ini berhasil membuktikan pada dunia bahwa mereka bisa bersatu. Menikah, bahagia, bahkan hingga sang calon bayi akhirnya hadir di tengah-tengah mereka.

Saya salah untuk kedua kali, saya kira akhir cerita ini akan bahagia. Tapi sayang, ini bukan novel fiksi, yang ujungnya bisa diatur penulis semaunya sendiri. Tetapi ini kisah nyata. Fakta bahwa Belanda berhasil dipukul mundur Jepang pada perang memperebutkan kekuasaan atas Indonesia memisahkan semuanya.

Kenyataan bahwa Belanda harus terusir dari Negara Indonesia menjadi ujung dari kisah cinta Helen dan Sukanta. Mungkin saat itu, di tahun 1945 Indonesia meneriakan kemerdekaannya. Pahlawan kita merayakan kebebasan. Tapi di sisi lain, Helen sang nona Belanda menjerit. Hingga menyalahkan Tuhan yang menulis takdirnya begitu pahit.

Kehilangan suami tercinta yang tidak pernah tahu nasibnya, kehilangan calon bayi yang dikandungnya, kehilangan orangtua yang tak tahu kabarnya.

Hingga halaman terakhir novel ini, saya masih belum bisa percaya. Oma Helen yang kembali ke Belanda, tidak menikah lagi hingga akhir hidupnya, setia pada cinta sejatinya untuk Sukanta.

Membaca dialog:

"Sampai sekarang, tidak pernah ada kabar tentang Ukan?"
"Aku selalu menunggu"
"Di Belanda, Oma tidak menikah lagi?"
"Aku setia pada masa laluku"

Darah saya berdesir kuat, merinding, tak terasa saya menangis, cinta sejati itu ternyata benar-benar ada.

Terima kasih ayah Pidi Baiq sudah menulis cerita semenyenangkan ini
Per hari ini, Senin 9 Desember 2019 harga Pisang Keju Batam GDC menjadi Rp 18.000
Terima kasih atas perhatiannya


Tiba-tiba ada pengumuman ini nih di Instagramnya pisangkejubatam.gdc

Buat yang belum tahu aja nih ya, ini adalah salah satu camilan favorite warga GDC, juga jajanan kesukaan keluarga saya, iya, walau bikin gendut.

Pisang itu emang diapain aja enak banget. Mau direbus, dikukus, dibuat kripik, sale, pisang goreng, bahkan dimakan mentah (maksudnya belum diolah).

Nah, di kawasan Grand Depok City yang emang banyak jajanan murah pinggir jalan. Ada "Pisang Keju Batam" yang ueenaakk dan femeeuuuss banget.



Mangkal di samping gedung PLN Depok, di depan Indomaret perempatan arah KSU - GDC. Buka setiap jam 4 sore sampai malam

Tapi jangan salah, sejak jam 3 atau setengah empat, para calon pembeli udah nongkrongin tempat abangnya jualan. Begitu gelar lapak, antrean udah panjang aja dong.

Begitu dateng, langsung minta nomor antrean ke abangnya. Biar kebagian. Karena antreannya ngalahin yang mau berobat pake BPJS

Jangan heran kalo nunggunya sampe berjam-jam, sambil antre bisa chicken dinner berkali-kali main PUBG, manasik haji, study banding ke Harvard University, umroh ke tanah suci, bahkan sampe S3 di UI dulu kayaknya baru dapet giliran. Iya lama banget, karena emang rame banget.

Gak jarang anak-anak sampe ketiduran sambil nunggu dapet giliran.

Kenapa sangat laris? Seenak apa?

Biasanya kalo beli pisang goreng suka ada yang rasanya kurang manis, atau justru manis banget pake pemanis buatan, atau ada yang masih agak sepet mentah, ada juga yang keras atau malah kelembekan.

Nah ini, enggak.

Pisangnya diiris tipis, digoreng kering crunchy tapi dalemnya lembut. Manisnya pas banget, terus ditumpuk ber-layer-layer. Setiap layer dilapisi susu, cokelat, meses, dan keju parut. Ditutup layer ketiga, ditaburi lagi susu, cokelat, meses dan diselimuti keju parut.




Toppingnya beneran sampe tumpeh tumpeh.

Begitu digigit emang beneran enaakkkkk bangetttt, gak bisa berhenti ngunyaaah. Tahu-tahu besok pagi timbangan naik lagi setengah kilooo huwaaaaaa

Porsinya banyak, harganya muraaah. Walau naik tiga ribu mulai hari ini. Asalnya 1 porsi penuh gitu Rp 15.000 doang

Buat nongkrong sama gank sambil ghibah, kerja kelompok bareng teman sekolah, nugas sama teman kuliah, ngumpul bareng keluarga tercinta, bawain calon mertua, nonton sama anak, istri/suami di rumah. Ditemenin pisang goreng ini, cocok banget.

Buat kamu yang lagi mampir ke GDC cobain deh Pisang Keju Batam, enaknya bikin nagih.

*Notes: ini bukan endorse ya, dan beberapa foto diambil dari akun resmi pisangkejubatamgdc


Seneng deh public transportation di Indonesia khususnya Jakarta sekarang udah banyak pilihan yang nyaman, aman, dan gak terlalu mahal.

Termasuk transportasi ke Bandara Soekarno Hatta

Yup, untuk siapapun yang sering bepergian naik pesawat (dengan budget hemat) tentu aja bukan cuma sekadar mikirin tiket pesawat murah, tapi juga ongkos dan alat transportasi ke bandara dari rumah.

Bawa mobil pribadi, minta anterin pacar (kalo punya), naik bis, naik taksi online, taksi konvensional, dan sekarang ada satu pilihan lagi, naik kereta.

Yeaayy...

Kereta bandara sudah beroperasi dengan sempurna, meski rutenya belum banyak. Salah satu rute yang saya mau share adalah rute dari Manggarai.

Pembelian Tiket

Ada dua tipe pembelian tiket kereta bandara, online dan offline.
Online bisa dari web resmi railink atau bisa juga dari situs penjualan tiket online semacam traveloka.

Kalau offline ya tinggal datang ke stasiun dan beli langsung di tempat penjualan tiket.

Karena kalau beli online saat itu dapet potongan, jadi saya beli sehari sebelumnya lewat https://www.railink.co.id/ dari harga yang seharusnya Rp 70.000 bisa dapet Rp 50.000 aja
Pembayarannya via mbanking, dan dapat e-ticket yang dikirim ke email.


Sampai di stasiun, tinggal masukin kode booking dan print out deh tiketnya



Beli tiket online bisa dilakukan maksimal 2 jam sebelum keberangakatan ya.

Kita juga harus memperkirakan waktu flight pesawat minimal dua jam sudah ada di bandara.

Jadi ketika pesawat saya terbang jam 9 malam, setidaknya saya harus sudah di bandara jam 7. Jadi saya tarik mundur perjalanan lebih awal, jam 5 sore dari Manggarai, kira-kira jam 18.30 sudah sampe deh di Bandara Soetta.

Naik Kereta Bandara

Sebelumnya saya pakai grab dari rumah ke Stasiun Depok untuk naik KRL ke arah Manggarai. Cuma setengah jam-an doang kok

Sampai di Manggarai, pindah ke peron 9 dan naik eskalator atau lift ke lantai 1. Di sana ada tempat penjualan tiket, sekaligus tempat boarding dan check-in.






Tempatnya bersih banget, cukup luas, ada mushola, toilet, sampai tempat charging gratis.

Kalo udah masuk stasiun kereta bandara tapi mau beli jajan dulu juga boleh kok, ada Alfamart di bawah stasiun, tapi emang harus turun dan keluar (tap out) dulu dari peron KRL, gak harus bayar lagi kok, tunjukin aja tiket kereta Bandara ke abang penjaga pintu check-in KRL.

Boarding beberapa menit sebelum kereta berangkat, lewati proses pengecheckan tiket. Bisa milih duduk di mana aja. Kalo bisa dari Manggarai, pilih bagian kepala ujung pas boarding, supaya pas sampe di bandara jalannya ga terlalu jauh dari ujung sebelah ekor
(Mmm sebenernanya kereta ga ada kepala dan ekornya sih, karena bolak balik haha)

Tempat duduk tiap gerbong juga dibagi dua bagian, menghadap ke depan dan ke belakang, kursi cukup luas, bisa disandarkan kira-kira 30⁰, ada colokan usb standar di tiap kursi kalo mau nge-charge gadget






Jam 17.10 tepat kereta jalan dari Manggarai, berhenti di beberapa stasiun dan menuju pemberhentian terakhir di bandara Soekarno Hatta jam 18.10

Di bandara tempat pemberhentian terakhirnya bukan di terminal 1, 2, atau 3. Jadi setelah turun kereta bandara tinggal naik skytrain atau kalayang ke arah terminal tujuan, ada petunjak arahnya kok tinggal ikutin aja.



Sampai deh di terminal tujuan, tinggal check-in.

Happy banget
Murah, mudah, aman, nyaman dan cepat sampe'nya.

Sekarang ke bandara jamnya beneran pas, gak mungkin terlambat. Karena waktu berangkat pasti, waktu tempuh tepat, dan waktu tiba juga sesuai jadwal. Gak ada tuh alasan macet di jalan, apalagi bete karena abangnya ngetem.
Perjalanan dari JB ke KL dan menginap di Hotel 99 Kuala Lumpur, bisa dibaca di sini



Setelah istirahat semalaman, pagi-pagi jam 8 turun ke bawah untuk sarapan. Menu sarapannya lumayan sih, ada nasi, mie, kentang, sosis, nugget, scramble egg, soto ayam, coco crunch dan masih banyak menu lain. Mengenyangkan.





Abis sarapan balik ke kamar lagi dan bingung mau ngapain dan ke mana, malah tidur-tiduran sambil nonton Nat-Geo whahaha

Emang beneran di KL nih buntu ide mau ngapain dan ke mana. Sama sekali ga ada tempat tujuan mau main. Teman sih nyaranin main ke Batu Caves, tapi kok agak males ya jalannya. Akhirnya malah ndusel-ndusel di kamar doang sampe siang.

Lihat Burung Gagak di Petronas

Jam 11-an akhirnya tercetus ide hunting foto di Petronas Twin Tower, karena emang tempatnya deket dari hotel, cuma 2 kilo-an lah.

Daripada bingung nyari tranport, check grabcar aja. Eh cuma MYR 7 doang kok. Dekatttt, yaudah cuss deh order JustGrab. Ini penampakan mobilnya

Cuma 15 menitan kayaknya sampe Petronas, panas panas dong, ide banget deh main ke sini siang bolong haha. Tapi cukup rame sama wisatawan yang kayaknya semua dari Indonesia. Ibu-ibu rempong rombongan lagi foto-foto. Sambil nunggu pak Suami, saya dan anak saya nontonin buruk gagak yang teriak-teriak di atas pohon.


Setelah jepret sana sini abis itu order grab lagi balik hotel. Gak niat abis. Bahkan pas di hotel baru tahu kalo anak saya bahkan gak sempat difoto. Jangan ditanya kalo emak bapaknya, emang di manapun jarang foto huahahaha

Jam 12 udah ada di hotel lagi. Karena kebetulan itu hari Jumat, suami sholat Jumat dulu deh. Alhamdulillah jalan kaki ke Masjid Jamek. Salah satu mesjid tertua di Kuala Lumpur.

Selain memang untuk ibadah, mesjid ini emang banyak dikunjungi wisatawan karena keindahan arsitekturnya yang sangat cantik dan melegenda, mirip masjid Nabawi di Madinah.

Menurut pak suami sih sepanjang jalan menuju mesjid Jamek banyak banget jajanan lokal pinggir jalan, murah-murah beraneka ragam. Sayang saya gak ikut, karena anak saya tidur siang.








Hunting Foto di Petailing Street, Bukit Bintang

Jam 2-an setelah suami pulang dari sholat Jumat, dan anak saya sudah bangun. Akhirnya keliling cari makan siang dan foto bentar di Petailing Street, yang kebetulan juga cuma beberapa ratus meter dari hotel, jadi jalan kaki aja deh. Mirip kayak di Chinatown negara manapun, tempat jajan dan toko souvenir untuk oleh-oleh milik orang China dengan harga yang murah.






Muter-muter dari ujung ke ujung, beli beberapa souvenir, beli makan siang di pinggir jalan. Selesai itu langsung ambil koper di hotel, dan siap pulaaanggg

Dari Puduraya ke KLIA

Rute pulangnya sama kayak rute berangkat. Kami naik bis dari Puduraya langsung ke KLIA-1, bis ini akan mampir ke KLIA-2 dulu, jadi kalau kalian penerbangan dari bandara KLIA-2 tetap bisa naik bis ini kok. Dengan tujuan akhir di KLIA-1

Waktu tempuh kurang lebih 1 jam, kita udah sampe di KLIA-1, dan siap terbang ke Jakarta deh.
Bye bye Malaysia...
Trip dari Singapore ke Johor Bahru bisa diintip di sini Guys

Sampai di JB Sentral jam 3 sore, kemudian lanjut ke Senai airport dengan Express Shuttle Bus sekitar 40 menit jalan santai, seharga RM8 untuk 1 orang.


image by live.staticflickr.com
image by 3.bp.blogspot.com
Jalanan antara JB Sentral ke Senai lancar dan cukup sepi, pemandangannya juga bagus, dan rapi. Bisnya ber-AC dingin bingit, kalo bawa anak kecil harus pake jaket atau sweater

40 menit kemudian sampai di Senai. Penerbangan kami jam 6 sore, jadi setelah check-in sempat istirahat sholat dan makan siang sampe poop dulu haha.



Senai adalah bandara yang ada di Johor Bahru, lumayan kecil tapi nyaman kok. Bersih, tempat makan banyak dan gak terlalu mahal, gak terlalu rame kayak di bandara sentral kota.

Karena masih ada beberapa dollar Singapore tersisa, sebagai keluarga gak mau rugi, sempat tukar money changer dari SGD ke Ringgit Malaysia. Lumayan deh buat nambah jajan di KL hueuehee




Jam 6 lebih flight dari Senai airport ke KLIA1, sekitar 1 jam-an lebih. Jam setengah 8-an tiba di KLIA, langsung buru-buru nyari surau buat sholat. Hehe berasa cerita zaman dulu gitu, ngaji di surau.

Dari KLIA ke Puduraya, Bukit Bintang


Jam 8 naik bis dari KLIA1 ke Pudu Sentral atau terminal Pudu Raya. Tempat bis-bis adanya di lantai dasar ya, dari lift atau tangga jalan langsung ada kok tempat penjualan tiket dan bisnya.



Harga tiketnya MYR 12 untuk 1 orang, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Bisnya kayak gini, lega, AC dingin, waktu itu gak terlalu rame juga penumpangnya. Jalan tepat waktu sesuai jadwal, jam 8 teng berangkat.

Berasa zaman dulu, lagu yang diputar bapak drivernya band Eksis dong hahahaha. Seketika saya ketawa inget masa kecil sering denger lagu ini dari kaset tape kakak di rumah.

Pemandangan malam sepanjang KLIA cukup ramai, mirip-mirip Jakarta lah. Emang negara tetangga kita ini gak ada bedanya sama sekali sama Indonesia, cuma beda sikit tulisan-tulisannya doang.

image upload.wikimedia.org
image www.klia2.info
Jam 9 malam sampai di terminal Puduraya, ini ada di bawah gedung Pudu Sentral, tempat belanja juga. Dan hotel kita tepat ada di sebrang Pudu Sentral. Tinggal nyebrang jalan pake jembatan penyebrangan.

Kalo kalian naik bis ini juga, menuju hotel 99 itu keluar dari P13 yaa, pas banget itu menuju jembatan ke arah hotel. Jalan dikit langsung sampe deh ke hotel.




Menginap di Hotel 99 Bukit Bintang

Check-in di hotel ini otomatis mas receptionistnya pake bahasa Indonesia lancar, padahal wajahnya india banget.

Pelayanan ramah, hotelnya lumayan oke kok. Kamarnya cukup lega, fasilitas kamar lengkap, pelayanan sangat ok, dan dengan harga kurang dari Rp 300.000-an udah dapet sarapan hihihi

Ohya, ketika check-in di sini, ada deposit MYR 50, yang akan dikembalikan ketika kita check-out.









Sampe di hotel, karena anak kami udah capek banget langsung bersih-bersih dan istirahat deh. Suami keluar lagi untuk hunting foto di Jalan Alor dan Bukit Bintang, dengan jalan kaki, karena emang dekat sekali.

Hunting Foto di Jalan Alor, Bukit Bintang















Jalan Alor itu salah satu tempat street food paling terkenal di KL. Ada berbagai macam jajanan dari berbagai negara dengan harga bervariasi dan jenis makanan melimpah ruah. Saking kalapnya pak suami pulang ke hotel bawa buanyak banget makanan sampe bingung mau makan yang mana dulu.


Sekitar jam 12an baru kami total istirahat...
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • Dari Singapore ke Kuala Lumpur, Naik Bis, Kereta, atau Pesawat?
  • Naik Bis Dari Singapore ke Johor Bahru, cuma 15 Menit
  • Shabu Hachi Margonda Depok, Lengkap Banget
  • Tukar Uang di SUV Money Changer, Depok, Termurah Lho
  • Family Gathering di Villa Bundar, Salah Satu Villa Terbaik di Sentul

Blog Archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (47)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2019 (53)
    • ▼  Desember (5)
      • Helen dan Sukanta, Kisah Cinta Lebih Romantis dari...
      • Pisang Keju Batam, Depok. Pembelinya Ngalahin Antr...
      • Naik Kereta Manggarai - Bandara Soekarno Hatta
      • Satu Hari di Kuala Lumpur, Malaysia
      • Bermalam di Kuala Lumpur
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2011 (51)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.