Menulis dan membaca menurutku adalah bukan sebuah hobby, tapi keharusan. Bagiku harus, karena pekerjaan pokokku memang menulis, kalau tidak aku tidak dibayar dan tidak bisa makan #eh
Aku menyukai segala macam bentuk tulisan dari sejak sekolah dasar, pun suka bacaan. Membaca apa saja yang bisa dibaca, maklum zaman kecil dulu aku tidak punya cukup uang untuk membeli buku setiap hari kecuali langganan majalah anak-anak seminggu sekali.
Tapi justru dengan keadaan begitu, aku malah selalu haus akan bacaan. Buku apa saja aku lahap, majalah, Koran, komik, bahkan novel-novel kolosal. Lemari di rumahku penuh buku-buku yang biasa aku kumpulkan atau meminjam di perpustakaan sekolah dan sengaja tidak dikembalikan. #duh
Sejak kecil memang kebiasaan membacaku parah-parahan, kemana-mana menenteng buku, buku apa saja, rumus matematika pun aku hafalkan. Iya, ini tidak mengada-ngada, memang faktanya serajin itu kok.
Waktu bermainku memang hanya beberapa jam sepulang sekolah, sebelum akhirnya berbondong-bondong menenteng sajadah dan mukena ke pengajian. Pulang dari mesjid, aku tidak pernah ikut menonton tv dengan keluarga. Selalu masuk kamar dan belajar. Aiih masa kecil yang teladan dan jadi panutan teman-teman sepermainan.
Itu dulu, dulu sekali. Beberapa belas tahun yang lalu, ketika masih duduk di bangku sekolah. Semakin usiaku bertambah, entah kenapa ketertarikanku membaca agak sedikit berkurang, atau mungkin lebih banyak pertimbangan untuk memilih bacaan apa saja yang ingin ku konsumsi. Selain langganan Koran harian, saat ini aku jarang membaca dengan rutin, kecuali novel favorite yang sudah direkomendasikan teman dan buku-buku pinjaman. Itupun dengan intensitas waktu yang sangat kurang, kadang buku yang tebalnya hanya dua ratus halaman, aku perlu waktu setengah bulan untuk benar-benar selesai ku tamatkan. Dulu, satu hari aku bisa baca dua buku, ironis memang.
Waktuku sekarang, lebih sering ku gunakan online, bertegur sapa dan bercanda di dunia maya, jarang keluar rumah dan bersosialisasi dengan tetangga. Sisanya, aku khusu’ menulis di kamar untuk sekedar cari makan #euh
Walau kebiasaan menonton televisi sejak dulu masih sama, tidak terlalu suka. Sekedarnya saja, menonton berita sesudah subuh misalnya, itu seperti sebuah keharusan. Aku memang kurang suka menonton tv, lebih memilih online. Padahal waktuku bisa digunakan menulis atau membaca seperti waktu kecil dahulu, tapi sapaan teman-teman di timeline lebih menggoda #twitter-addict *memang*
Dan itu kebiasaan buruk sebenarnya, banyak waktu ku sia-siakan. Jumlah tulisanku berkurang, juga jumlah buku bacaan. Novel-novel yang sengaja kubeli setiap bulan dibiarkan tergeletak tidak diapa-apakan, kasian yaa.
Faktanya otakku tidak terlalu berkembang, menulis sering kehabisan ide. Karena kebanyakan online di dunia maya, walau seharusnya aku bisa mengambil manfaat dari sana, menyaring info-info penting saja misalnya, tidak terlalu hanyut dengan kebiasaan bercengkrama yang bisa melupakan waktu yang bisa digunakan untuk membaca, aah kebiasaan baru yang menyebalkan.
Kegiatanku sebenarnya tidak terlalu sibuk seperti orang-orang kantoran. Hanya duduk di depan monitor, menulis. Itu saja. Tapi, banyak waktu yang terbuang hanya untuk cekikikan sambil Bbman, membiarkan detik-detik berharga kulewatkan hanya untuk scroll up down track pad Bb untuk mengecek linimasa pria inceran, duh ini penyakit yang harus segera dimusnahkan.
Padahal hidupku itu mudah, hanya untuk menulis dan membaca. Itupun banyak dibuang sia-sia. Untungnya, masih ada pengajian rutin harian dan kursus bahasa Perancis yang setidaknya ada kebermanfaatan setiap harinya.
Intinya cuma satu, jauhkan dari handphone dan lirik sesekali saja, mudah kan?
Mulai kembalikan gairah menulis dan membaca masa kanak-kanak dan pergunakan waktu setiap harinya dengan menghasilkan minimal dua tulisan, sekian. *Salam olahraga*