Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio


Para pecinta novel roman, gak mungkin gak kenal nama Jane Austen. Karya-karyanya seperti Sense and Sensibility, Mansfield Park, Emma, Persuasion, dan Northanger Abbey.

Ilustrasi yang cantik, kutipan-kutipan indah sarat makna, penokohan karakter yang begitu tegas, penggambaran set yang jelas, dan alur lurus yang ringan tapi tetap tidak kehilangan pandangan penulis tentang sifat-sifat fitrah hidup manusia.
Kali ini saya akan review versi lebih lengkap dari novel terfavorite "Pride & Prejudice"

Baik, mari kita mulai

Identitas Buku

Judul : Pride and Prejudice
Penulis : Jane Austen
Penerjemah : Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit : Qanita (PT Mizan Pustaka)
ISBN : 978-602-8579-54-4
Terbit : Cetakan V, 2011
Jumlah Halaman : 585

Blurb

"Sejak awal, perangaimu, keangkuhanmu, sikap acuh tak acuhmu, jadi landasan kebencianku kepadamu. Belum sebulan mengenalmu, aku sudah tahu kau adalah pria yang takkan mungkin kunikahi"

Di mata Elizabeth, Mr. Darcy tidak pernah menjadi sosok yang memesona. Baginya laki-laki itu angkuh, sombong, dan menyebalkan. Elizabeth membenci tatapannya yang merendahkan, cara bicaranya yang meremehkan, dan segala hal tentang bangsawan kaya raya itu.

Kebencian itu semakin bertambah ketika Elizabeth tahu bahwa Mr. Darcy telah melakukan hal yang menurutnya tidak bisa dimaafkan.

Butuh waktu lama bagi Elizabeth untuk memahami sisi lain dari Mr. Darcy dan menerima kenyataan akan kebaikannya yang tersembunyi. Dan, ketika akhirnya gadis itu menyadari perasaannya kepada Mr. Darcy telah berkembang menjadi cinta, dia pun jadi ragu, akankah dia bisa menebus prasangkanya yang sangat buruk pada laki-laki itu?
Lalu, akankah cintanya yang baru tumbuh itu akan menjadi sia-sia?

******************************************************

Review

Di sebuah desa bernama Longbourn, desa kecil di Inggris abad ke-19  hiduplah sebuah keluarga Mr. dan Mrs. Bennet dengan ke-5 anak gadisnya, Jane Bennet, Elizabeth Bennet “lizzy”, Mary, Catherine “kitty” dan terakhir Lidya.

Keluarga ini hidup sederhana, tapi karena mereka tidak dikaruniai anak laki-laki, maka -sesuai hukum warisan Inggris kala- itu seluruh harta warisan termasuk rumahnya, akan diwariskan kepada anak dari adik Mr. Bennet.
Mr. Collins-lah, sepupu ke-lima gadis itu, yang nanti akan dapat warisan keluarga Bennet jika ayah mereka meninggal.

Jane putri tertua keluarga Bennet adalah gadis tercantik di desa itu, kecantikannya pun diakui semua orang.
Lizzy adalah anak kedua keluarga Bennet, dia yang paling ceria, bicaranya spontan, tapi yang paling cerdas, lincah, dan menyenangkan semua orang.
Sementara ketiga adiknya yang lain lebih ke berisik, genit, susah diatur, kurang cerdas.

Suatu hari, tidak jauh dari kediaman mereka kedatangan seorang pemuda kaya raya yang menyewa rumah di Netherfield Park, tempat yang elite dengan rumah yang luas. Pemuda itu bernama Charles Bingley.

Sudah tradisi di Inggris kala itu, ketika ada pendatang baru, para tetangga datang berkunjung dan mengenalkan diri mereka. Mrs. Bennet menjadikan itu kesempatan, untuk menyuruh suaminya datang dan berniat menjodohkan salah satu putri mereka.

Suatu hari, Mr. Bingley mengadakan pesta rumah baru dan mengundang seluruh warga sekitar untuk pesta dansa. Tentu saja seluruh keluarga Bennet datang.

Di Netherfield Park ternyata tidak hanya ada Mr. Bingley, tapi juga ada kedua kakak perempuannya, 1 kakak ipar, dan 1 teman dekatnya yang bernama Mr. Darcy

Di sanalah mereka semua pertama kali bertemu. Dari awal Mr. Bingley sudah tertarik pada Jane gadis tercantik di desa itu. Mereka pun langsung dekat.
Sementara Mr. Darcy terlihat sangat dingin, angkuh, dan tidak bisa dekat apalagi dansa dengan siapapun, termasuk Lizzy yang saat itu mencari teman dansa.

Pertemuan pertama menyisakan kesan Mr. Bingley yang tampan, kaya raya dan sangat baik hati. Bertolak belakang dengan Mr. Darcy, pendeknya mereka tidak suka pada Mr. Darcy

Singkat cerita, di beberapa pesta lain, mereka akhirnya bertemu lagi. Di sana makin terlihat kedekatan
Mr. Bingley dan Jane, dan jelas terlihat juga kalau Mr. Bingley jatuh cinta pada Jane.
Tanpa sadar, Mr. Darcy mulai menyadari kecantikan Elizabeth juga kecerdasan dan keceriaannya.

Di sisi cerita yang lain, desa mereka juga kedatangan sekompi prajurit yang bermarkas di Meryton. Dan ketiga putri Mr. Bennet rajin berkunjung ke sana, tentu sambil genit-genitan dan berharap dapat perhatian prajurit.

Pada suatu hari Mr. Collins berkunjung ke rumah keluarga Bennet. yang tentu saja disambut tidak suka keluarga Bennet, karena mereka berpikir Mr. Collins sudah akan merebut warisan.
Mr. Collins selama ini menjadi seorang pendeta yang diangkat oleh wanita kaya bernama Lady Catherine de Brough. Dia datang ke Longbourn untuk mencari istri, dan berniat untuk menikahi salah satu putri keluarga Bennet supaya harta warisannya masih jatuh ke tangan putri mereka.

Mrs. Bennet sangat lega, dan langsung menjodohkannya dengan Elizabeth, karena dia yakin Jane akan dinikahi Mr. Bingley yang sangat kaya raya. Mr. Collins pun melamar Lizzy, tapi Lizzy menolak lamaran Mr. Collins karena dia tidak cinta.

Mrs. Bennet marah dan menganggap Lizzy sangat bodoh. Namun ayah mereka justru setuju ketika Lizzy menolaknya, dan membebaskan putrinya untuk menentukan calon suaminya sendiri.

Setelah  ditolak Lizzy, Mr. Collins akhirnya menikah dengan Charlotte Lucas, sahabat Lizzy. Dan membawanya ke Hunsford.

Terungkap, alasan menolak Collins, ternyata Lizzy menyukai Mr. Wickham, salah satu prajurit di Meryton. Dan mereka sering bertemu dan masing-masing berbagi kisah hidup.

Suatu hari, ketika Lizzy sedang berbincang dengan Mr. Wickham, mereka bertemu Mr. Darcy. Lizzy melihat Mr. Wickham dan Mr. Darcy saling terkejut ketika bertemu.

Setelah Mr. Darcy pergi, Mr. Wickham bercerita bahwa ia sangat kenal dengan Mr. Darcy, karena  Mr. Wickham adalah anak pembantu keluarga Mr. Darcy. Setelah ayahnya meninggal Mr. Wickham dianggap anak angkat oleh ayah Mr. Darcy, mereka dibesarkan bersama sejak kecil.

Namun setelah dewasa dan ayah Mr. Darcy meninggal, tiba-tiba Mr. Darcy menjadi sangat jahat, dan ia semakin marah ketika Mr. Wickham diberi warisan oleh ayahnya.  Wickham pun diusir Mr. Darcy, hingga ia terlantar dan menjadi prajurit rendahan.

Lizzy jelas semakin membenci Mr. Darcy, ia tidak heran lagi dengan sifatnya yang angkuh, dan sombong. Dan mengutuk Mr. Darcy

Singkat cerita, Mr. Bingley, saudaranya dan Mr. Darcy kembali ke London, meninggalkan Netherfield Park. Meninggalkan Jane yang patah hati. Mereka pergi tanpa alasan jelas.

Beberapa bulan kemudian, Jane pergi ke rumah bibinya, Mrs. Gardiner di London. Ia berharap bisa bertemu dengan Bingley, meski tidak sama sekali.

Sementara itu, Elizabeth main ke rumah Charlotte dan Mr. Collins di Hunsford, dan diundang makan malam di Rosing oleh Lady Catherine de Bourgh. Tak disangka ia bertemu Mr. Darcy di sana, yang ternyata Lady Catherine adalah bibinya.

Di Rosing, Lizzy mulai melihat karakter Mr. Darcy yang lain, beda, lebih lembut, hangat, dan sangat ramah. Tapi Lizzy mendengar bahwa Mr. Darcy lah yang menghasut Mr. Bingley menjauhi Jane dan pulang ke London. Lizzy terkejut, heran sekaligus semakin benci.

Suatu hari, secara tiba-tiba Mr. Darcy datang ke Hunsford untuk menemui Elizabeth. Tidak disangka ia menyatakan cinta pada Lizzy, ia tidak bisa lagi memendama perasaannya, perasaan suka dan cintanya sejak ia bertemu pertama kali.

Tentu saja Elizabeth kaget, sekaligus marah mengingat kejahatan2 Darcy.
Lizzy menolak Darcy dengan marah.
Ketika Darcy bertanya kenapa Lizzy sangat marah dan menolaknya, Lizzy menceritakan sifat dan perbuatan jahat Darcy.
Darcy pun terkejut dan keluar rumah dengan kecewa.

Tidak lama, muncul surat dari rumah Lizzy bahwa Mr. Wickham telah melarikan adiknya Lidya, untuk diajak kawin lari. Lizzy pun pulang ke rumahnya, kondisi rumah kacau, ayah mereka pergi mencari Lidya berhari-hari.

Akhirnya, Lizzy tahu kalau Mr. Wickham ternyata berbohong tentang kejahatan Mr. Darcy, bahkan Mr. Wickham punya hobby mabuk2an, hutang di mana-mana, dan selama ini Mr. Darcy lah yang terus membayari hutang Wickham.

Hingga akhirnya Mr. dan Mrs. Gardiner mengabarkan bahwa Lidya dan Mr. Wickham ditemukan di London, dan mereka sudah menikah. Keluarga Bennet senang sekaligus heran, siapa yang menemukan dan mengurus pernikahan mereka dengan biaya mahal.

Akhirnya Lizzy diberi tahu bibinya, Mrs. Gardiner, kalau Mr. Darcy yang mengurus semuanya. Lizzy pun semakin merasa bersalah.
Di saat ia mulai mengakui perasaanya kalau ia jatuh cinta pada Mr. Darcy, tiba-tiba Lady Catherine datang, menghina Lizzy dan memperingatkan untuk jangan pernah bermimpi jadi istri Mr. Darcy, karena ia sudah dijodohkan dengan putrinya Miss Catherine de Bourgh.

Bagaimana cara Elizabeth menebus kesalahannya pada Mr. Darcy?
Bagaimana ia menghadapi ujian cintanya?
Apa alasan Mr. Darcy memisahkan Mr. Bingley dengan Jane?
Bagaimana kemudian mereka akhirnya bersatu?

Dan kejutan-kejutan lain dalam cerita ini terasa nyata, tak terduga, natural, dan sangat indah.

****************************************************

Quotes/kalimat favorite

Elizabeth : "Bagaimanakah awalnya?"
Mr. Darcy : "Aku tidak ingat kapan tepatnya, atau di mana, atau kejadiannya, atau kata-kata yang menjadi pemicunya. Itu sudah lama berlalu. Tiba-tiba saja aku sadar bahwa aku mencintaimu." )halaman 572)

"Memiliki teman perjalanan yang cocok, adalah suatu hal yang menyenangkan" (hal. 362)

Tokoh-tokoh

Elizabeth (Lizzy), Jane, Darcy, Bingley (Charles), Catherine (Kitty), Lydia, Mary, Mr. Bennet, Mrs. Bennet, Wickham,  Charlotte Lucas, Miss Bingley (Caroline), Lady Catherine de Bourgh, Miss de Bourgh, Mr. Gardiner, Mrs. Gardiner

(Ada masih banyak nama lain, tidak saya cantumkan dalm review)

Watak
1). Elizabeth ; ceria, peduli keluarga, polos dan suka berbicara apa adanya (blak-blakan/terus terang)
2). Jane ; Bijaksana, anggun, berprasangka baik terhadap orang lain, tidak pernah mengeluh, tulus, dan suka memuji
3). Darcy ; sedikit angkuh, menyebalkan, acuh tak acuh, arogan, dingin, pemilih, baik hati, sopan, rendah hati, penuh perhatian, romantis dan rela berkorban demi orang yang dicintainya
4). Bingley ;  sopan, menyenangkan, bijaksana, ceria, ramah, terbuka dan luwes
5). Mr. Bennet ; peduli dengan keluarganya dan sikapnya kadang tidak konsisten
6). Mrs. Bennet ; berpengetahuan sempit, bertemperamen angin-anginan, peduli dengan putri-putrinya
7). Wickham ; sembrono, boros, tidak jujur, namun pembawaan bicara dan sikapnya menyenangkan
8). Lady Catherine de Bourgh: congkak, arogan, dingin, menganggap orang lebih rendah dan bersikap diktator.




First of all
Alhamdulillah bisa review makanan lagi.

Asalnya minggu ini saya dan keluarga kecil saya mau makan di Shabu Hachi Margonda. Salah satu resto AYCE ter-favorite. Selain harganya masih terjangkau, di sini menunya sangat lengkap, rasanya paling juara, tempatnya juga cozy banget.

Tapi, tiba-tiba ada promo di Instagram restoran all you can it bbq baru yang harganya setengahnya dari Shabu Hachi. Satu orang cuma 99 ribu rupiah saja dan sedang ada promo buy 2 get 2. Wow, langsung puter haluan kapteenn...
Maklum lah emak-emak yang kalo liat harga lebih murah suka penasaran pengen nyobain

Hasilnya, ini dia review-nya

FULL RESTO

Restoran yang baru banget buka ini ada di pinggir jalan raya. Tepatnya di Jl. Kartini, gak susah nyarinya kalau untuk orang Depok. Cuma belum ada papan nama besar di depan resto. Jadi harus jeli matanya ngeliatin pinggir jalan, takut kelewat


Area parkir gak begitu luas, kalau mobil semua berjejer mungkin hanya cukup 3 - 4 mobil, itu pun mobil mini ya. Karena restonya pinggir jalan raya banget jadi agak susah kalau parkir penuh. Gak mungkin parkir di bahu jalan juga kan?

Begitu mau masuk, di depan restoran ada 4 kursi tunggu untuk yang mungkin belum kebagian meja. Karena masih baru dan belum banyak orang yang tahu, hari itu saya dan keluarga adalah satu-satunya pengunjung saat itu. Setelah itu baru pada dateng pelanggan lain.



Pintu masuk langsung disambut meja kasir, karena ternyata di sini harus buy first alias bayar duluan baru makan. Alhamdulillah karena beneran baru launching, kami dapet promo untuk 4 orang bayar hanya 2 orang. Makan sepuasanya dalam waktu 1.5 jam.

Jadi kami makan berempat, saya, suami, anak, dan kebetulan saya ajak keponakan, cuma bayar Rp 198rb aja. Yeaayy

INTERIOR

Masuk ke restoran ternyata emang tempatnya lumayan kecil, kalo gak salah hanya ada 15-18 meja (koreksi kalo salah). Dengan masing-masing 1 meja ada 4 kursi. Kami pilih meja yang dekat kipas angin, karena emang ini ruangannya gak ber-AC dan cukup gerah, apalagi harus bakar membakar, fiiuuh...


Di sini juga disediakan washtafel untuk cuci tangan, baby chair kalau bawa anak-anak. Cuma tempat dagingnya disimpan di lemari freezer, yang berdiri di pojok ruangan. Jadi untuk melihat menu menurut saya kurang praktis, dan untuk dilihat varian-nya pun agak kurang oke

MENU

Menu di sini hanya ada beef, chicken, dan squid. Sayuran pun hanya ada letuce aja. Beralih ke appetizer, di sini ada french frise, sosis, bakso ikan, risoles, dan ekkado. Selain itu ada camilan kuping gajah dan snack cheese stick. Dengan ice cream chocolate dan vanilla sebagai dessert. Minumannya yang tersedia hanya ada blackcurrant dan lemon tea.
Oh iya, ada nasi juga, nasi putih dan nasi goreng kalau mau.







Ternyata di sini cuma ada menu bakar-bakaran, gak ada shabu-shabu alias menu rebus-rebusan hehe. Jadi buat kalian yang gak suka yakiniku, kayaknya mending ke shabu hachi aja.
Dan saus celupannya pun hanya ada shoyu, saos Tomat, barbeque, Kecap dan saus cabe huhuhu.

RASA

Klaim dari restoran ini sih, dagingnya impor Amerika. Dengan beberapa rasa original, gochujang, blackpaper (walau kayaknya penulisan di freezer-nya juga salah ya), dan chicken bulgogi.

Cukup bikin mata mengernyit sih, ketika mau mulai manggang, daging-dagingnya nempel di flate. Jadi agak susah diangkat, dan ketika dipanggang akhirnya jadi acak-acakan bentuknya. Mungkin karena kelamaan di frezeer kali ya. Tapi yaudah lah oke deh

Menurut saya dagingnya terlalu banyak yang bagian lemak. Tapi lemaknya bukan yang lemak nempel di lidah juga. Begitu digigit dagingnya lumayan empuk, meski gak terlalu juicy. Tapi rasa blackpaper atau gochujangnya kurang meresap ke seluruh lapisan serat-serat daging. Jadi, ya biasa aja




Untuk rasa, saya gak terlalu ngerasa special. So so, gak buruk, dan gak enak banget juga.
6,5 dari 10 kalau kata suami.

Satu jam lebih, kami makan cukup banyak, semuanya dicicip dengan dua minuman yang ada, dan ice cream sebagai penutup. Alhamdulillah kenyang

Secara keseluruhan, restoran ini recommended kok buat yang mau nyobain makan all you can it, dengan budget hemat hehe.
Saya kasih bintang 7 dari 10

Buat yang mau makan ke sini, datang aja ke Jan-Je Sapi Jl.Kartini 78, Depok Lama
Tapi promo buy 2 get 2-nya cuma sampai hari ini, 25 Agustus 2019


 Selain hobby baca buku lama, saya juga suka nonton film-film lama

Saya bukan pecinta film atau buku horor, karena tidak ada yang lebih menakutkan dari jin yang mengganggu manusia dari kelalaian kita terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala, hehehe

Oke abaikan.

Berbicara tentang Gonjiam: Haunted Asylum, film yang tayang 2018 lalu ini ternyata sangat viral di negaranya.

Ada beberapa fakta menarik yang bikin film ini jadi viral, banyak dibicarakan, dan paling banyak ditonton sampe masuk Box office.

Pertama, cerita film ini diangkat dari sebuah urband legend penduduk setempat, tentang keangkeran sebuah rumah sakit jiwa bernama Gonjiam. Rumah sakit yang berdiri tahun 50an ini resmi ditutup tahun 1996, karena konon banyak pasien yang meninggal gak wajar.



Seperti suasana horor pada umumnya, rumah sakit ini berupa bangunan tua, gelap, lembab, tak terurus yang berdiri di wilayah perbukitan dikelilingi oleh hutan lebat.

Kedua, saking viralnya film ini beberapa sumber dari korea menjelaskan bahwa film ini tak hanya tayang di Korea tapi juga di 47 negara seperti, Amerika, Singapura, Australia, Malaysia, Jepang, dan negara-negara lain. Gak tahu deh di Indonesia tayang juga gak ya tahun lalu.

Ketiga, banyaknya youtuber-youtuber bermunculan menjadikan sutradara Jeong Beom Sik tertarik untuk membuat film yang related dengan gaya hidup dan pergeseran minat banyak penonton kekinian. Sehingga menampilkan aktivitas nge-vlog.

Yup, sepanjang film kita emang berasa nonton vlog para youtuber yang lagi jalan-jalan. Angle kamera yang dipake dalam film ini pun memang dari kamera mereka masing-masing.

Jadi, film ini berkisah tentang 7 orang vloggers yang tergabung dalam komunitas channel YouTube horor bernama Horror Times. Mereka 'uji nyali' ke rumah sakit Gonjiam untuk membuktikan keangkeran dan mitos-mitos rumah sakit ini.

Seperti vlogger pada umumnya, mereka nyari konten untuk live streaming supaya banyak yang nonton dan nge-like video meraka. Dan mereka bisa ngumpulin uang sebanyak-banyaknya dari acara ini.

Pencahayaan, angle kamera, setting lokasi, properti, ekspresi para pemain, semuanya natural. Beneran gak kayak nonton film. Tapi kayak nonton vlog itu tadi. Berasa nyata ikut bareng mereka.

Hiii serem bangettt... (kata keponakan saya yang nonton sambil tutup mata)

Saya bilang film ini emang keren. Suasana ceria saat mau berangkat, keseruan gank mereka yang mau hunting khas anak youtuber kekinian pun terasa pas.
Gak ada aktor yang jadi sentral banget, atau yang jadi pengecut banget, pembagian karakternya sesuai porsi.

Masuk ke story, ketika ke-enam hunter masuk ke rumah sakit. Suasana mulai menegangkan, gelap yang emang beneran gelap, gak ada cahaya sama sekali selain lampu kamera mereka sendiri, gak ada bantuan musik horor tapi feel-nya dapet.






Di awal, mereka masih bercanda dan saling nakut-nakutin. Sampe akhirnya bencana itu datang. Hal-hal yang mereka yakini cuma mitos mulai terbantahkan. Semua yang tadinya mereka jadikan topik bercandaan jadi tragedi yang sangat mengerikan... Dan... jeng jeengggg...

Seru sepanjang film, dan sangat seram menurut penonton yang penakut. Saya apresiasi dari semua lini. Filmnya keren.

Gak ada hantu yang nunjukin muka, gak ada scoring musik khas film horor apalagi kemunculan-kemunculan hantu yang ngagetin, tapi creepy-nya dapet. Emosi ketakutan mereka juga kerasa banget.

Dan suasana yang bikin greget juga ada. Ketika si kapten yang jaga ditenda, justru lebih sibuk ngurusin jumlah viewers dan likers live streaming youtube-nya di saat teman-teman di lokasi udah mulai beneran diteror hal mistis.

Buat yang suka horor, dan menganggap film horor itu horor, coba deh nonton film horor ini. Bagus.

Selain dari genre-nya (karena saya bukan pecinta film horor), saya beri nilai 8/10
image source by : kapanlagi.com
Ini bukan tentang lebih ngidolain siapa
Bukan tentang siapa yang aktingnya lebih keren
Atau siapa yang paling ganteng di antara keduanya

Bebas lah itumah pilihan, dan saya juga bukan fans garis keras kedua aktor ini. Kalo ganteng sih, kalian juga pasti meng-aamiin-kan kan?

Yang mau saya versus-in kali ini adalah...
Di antara mereka, mana yang senyumnya paling bikin melting?
Entah ah bingung

Oke, jadi berawal dari pertanyaan temen "Menurut lo, siapa aktor Indonesia yang senyumnya paling menawan...?

Terus saya berpikir keras, eh iya, siapa ya?

Ada banyak banget aktor Indonesia, yang aktingnya keren, yang mukanya rupawan, yang cerdas, yang pinter ngomong, yang bla bla bla

Tapi bentar bentar... yang senyumnya menawan itu artinya gimana sih?
Mungkin yang kalo liat doi senyum tuh jadi berasa disenyumin gitu lho, jadi berasa pengen ikut senyum juga :)

Sekarang sebut deh, siapa aktor menurut kalian yang kalo dia senyum, langsung beda auranya. Ketika kita liat, jadi mesam-mesem sendiri, berasa doi ngajak senyum kita, bikin salting gitu

Dan saya menemukan dua aktor ini. Nicholas Saputera dan Adipati Dolken

Yup!
Belum ketemu yang lainnya.
Baru mereka doang nih, ketika mingkem biasa, dan ketika senyum langsung beda. Bikin hati rontok. Gak percaya?
Nih buktinya


Kalo menurut kalian siapa aktor yang senyumnya bisa bikin salah tingkah?

"Membaca buku Bumi Manusia itu berat, biar Minke saja"

Pertama kali kenal buku eyang Pram, tahun 2008-2009an saya sampe baca tiga kali ulang biar paham makna dalam buku ini, sebenernya nyeritain apa sih.

Setelah agak dewasa, baru mikir kalo otak saya di usia 19an (Usia Minke saat itu) ternyata masih sangat lemah nerima asupan yang berat-berat sekali suap. Lalu saya membaca tetralogi pulau buru yang lain, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Kemudian jatuh cinta

Jujur lega banget, ketika nonton filmnya, seenggaknya film ini gak seberat bukunya.

Saya gak bisa bilang kalau film ini sebenarnya bisa 'asyik' ditonton generasi millennial dan Z yang belum pernah baca buku eyang Pram (apalagi mencintai bukunya) atau enggak?
Apalagi buat yang (maaf) nonton ini karena ada Iqbaal-nya doang.

"Kita kalah, Liaa... eh Kita Kalah Ma..."
Ini bukan Dilan, ini bukan Milea. Dialognya gak seperti ini, emosinya gak seringan itu.
Ini tentang Minke yang kalah melawan kolonialisme Eropa, yang menjadikan pribumi serasa tamu di rumahnya sendiri, yang dengan kuasanya bisa membawa paksa sang istri yang teramat dia cintai.

Cast 

Sulit untuk melepaskan Iqbaal dari karakter Dilan. Tapi di Bumi Manusia, dia berhasil menidurkan gaya gank motor yang jago gombal, 100% hilang.
Dia berhasil keluar dari Dilan, keluar dari Iqbaal Ramadhan. Tapi saya belum melihat Minke secara utuh.

Yup, Iqbaal sudah mengerahkan segala kekuatannya untuk menjadi Minke. Gaya bahasa, postur tubuh, dialek, dialog berbahasa Belanda, untaian kata puitis sekaligus emosi pemberontakan dan perjuangan di era itu.

Tapi belum membuat saya sejatuh cinta itu pada Minke. Seperti saya jatuh cinta pada karakter Dilan di diri Iqbaal.

Namun saya sendiri menyadari, rasanya tidak ada yang bisa memerankan Minke selain Iqbaal. Pemuda visioner zaman now, remaja menjelang dewasa terpelajar, cerdas, usia 18-19 tahun, teguh pada pendirian, gaul pada masanya, pandai public speaking dan bisa mempengaruhi banyak orang.

Benar yang dikatakan mas Hanung Bramantyo sebagai sutradara, Iqbaal cuma kurang ngerasa terhina, kurang budak, kurang kena gimana rasanya dijajah dan dipandang sebelah mata.

Karena, buat yang sudah membaca Bumi Manusia, apalagi sampai berulang-ulang. Rasanya semua sepakat, tidak ada yang bisa memerankan Minke di dunia nyata saat ini. Emosinya, kecerdasannya, kekeras kepalaannya, rasa terhina dan perbudakan yang mencambuknya menjadi pemuda pemberontak yang bangkit melawan Eropa, tidak akan ada yang bisa menerjemahkan secara sempurna oleh aktor masa kini.

Tapi sekali lagi, tepuk tangan sekeras-kerasnya untuk Iqbaal yang dengan kerja kerasnya membawa Bumi Manusia yang sebentar lagi berusia 4 dekade ini, hidup lagi.

Pasti bukan saya saja, semua penonton setuju karakter paling bersinar di sini adalah Sanikem, alias Nyai Ontosoroh yang berhasil diperankan apik oleh mba Sha Ine Febriyanti.

Meski gejolak emosi Nyai tidak diceritakan keseluruhan. Seperti betapa Nyai benci ayah yang menjualnya, dan ibunya yang dianggap tidak sekeras itu memperjuangkan dirinya.

Karena ketika membaca bukunya, emosi ini sangat terasa, dan ini berhubungan dengan akhir cerita gimana Nyai berjuang mati-matian mempertaruhkan hidupnya untuk mempertahankan Annelies sebelum dibawa Eropa.

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya"
Adalah salah satu line yang di dalam buku dan di visual terasa sama hangatnya.
Tatapan mata, intonasi, mimik wajah Ine Febriyanti yang paling mendebarkan, seketika membuat dada terasa penuh sesak.

Apalagi scene ketika Nyai harus tetap menegakkan bahu sambil berjalan jongkok saat menghadiri persidangan pribumi, yang dikuasai Eropa. Bagaimana antara perjuangannya membela hak, mempertahankan harga diri, dan rasa terhinanya. Bikin mberebes mili

Mengingatkan kita, generasi sekarang, bahwa Indonesia pernah punya sejarah perjuangan panjang. Dijajah oleh kolonial, sampai sehina itu. Terutama pribumi kelas ke-tiga.
Dan Nyai membuktikan Indonesia pernah melawan, meski akhirnya kalah :(

Nyai Ontosoroh terbaik.



Dan Mawar De Jongh, ya ampunnn dia lucu banget, cantik banget, eropa banget, imuttt banget, dan senyumnya emang bikin jatuh cinta. Gak heran Minke juga langsung cinta pada pandangan pertama.

Iya, Mawar berhasil menghidupkan Annelies Mellema. Gaya bahasanya, gerak geriknya, langkahnya, gaya berbusananya, sangat Annelies. Meski agak kurang kekanak-kanakan, dan kurang 'manja', beberapa emosi yang kadang belum sampai klimaks, tapi secara menyeluruh Mawar TOP banget untuk aktris yang bahkan belum punya jam terbang sangat banyak.


Karakter lain yang justru paling saya suka adalah Jerome Kurnia, alias Robert Suurhof dan Giorgino Abraham sebagai Robert Mellema. Dari awal muncul sampai hilang begitu aja, duo Robert ini keren banget, nyebelinnya, gayanya, bahasa tubuhnya, sok sok Eropa-nya dan kefasihan bahasa Belanda mereka bikin saya ngefans hehe.

Aktor/aktris lain yang menurut saya tepat memerankan karakternya adalah Darsam, Herman Mellema, Magda Peters, Jan Dapperste, ayah dan ibu Minke, dan dokter Martinet.

Story

Film ini lebih dari 50% berbahasa Belanda, percakapan yang normal, terdengar santai. Bahkan para aktor pribumi terlihat cukup menguasai. Meski ada beberapa dialog yang kadang lupa dialek njowo totok jadi seperti bicara bahasa Indonesia biasa. Tapi secara keseluruhan memuaskan.

Sebagai pecinta sastra dan sajak menye-menye pada masa itu, dialog dialog penuh cinta yang diucapkan Minke untuk Annelies, --termasuk kata mutiara Jean Marais, salah satu tokoh dengan cerita hidup favorite saya di novel-- udah pasti bikin saya pengen liat ntar pas difilm-in bakal seromantis itu juga gak ya kata-katanya.

Dan cukup berhasil. Banyak dialog dan kata mutiara yang jadi harta karun pusaka Bumi Manusia karya eyang Pram, diterjemahkan dengan baik dalam film Bumi Manusia karya mas Hanung.

Sayang, peran Jean Marais guru filosofi yang mengenalkan Minke akan liberte egalite dan fraternite tidak cukup ter-explore. Padahal ini salah satu inti cerita eyang Pram.

Selain itu, salah satu cerita paling menarik di buku adalah kisah hidup Maiko, pelacur yang meracuni Robert Mellema yang diperankan sangat baik oleh Kelly Tandiono -sang Bidadari Mata Elang di Jagat Cinema Bumi Langit- juga tidak diceritakan dalam film ini.

Saya tahu, itu sesuatu hal yang mustahil untuk memvisulkan keseluruhan cerita. Karena yang paling disorot di sini adalah Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies Mellema.

Setting

Film tidak akan sempurna tanpa ada campur tangan editor apik, effect suara mengaduk emosi, property yang detail sampai tone warna yang mendukung.

Semuanya baik. Meski saya masih kurang merasakan zaman kolonial dengan warna yang kuning terang mencolok. Setting lokasi dibuat sedemikian mirip, meski ada beberapa scene yang masih terlihat CGI. Wardrobe dan makeup yang cukup mewakili momen zaman tahun 1898 hingga tahun 1918-an. 

Pengambilan gambar dengan angle terbaik berhasil dimainkan mas Rahmat Syaiful sebagai director of photography, sehingga emosinya ngena. Walau ada beberapa adegan yang kurang sampai.

Salah satunya menurut saya, ketika Minke pertama kali masuk ke rumah Nyai Ontosoroh, ada beberapa scene yang jeda cukup lama, yang membuat kita berpikir 'ini ngapain ya'. Kalau baca bukunya, kebayang Minke sebegitu mengagumi rumah Nyai, tapi di visual, saya merasa pesan itu belum sampai. Entah dari pengambilan gambar, atau kurangnya penyampaian emosi Iqbaal sebagai Minke.

Terakhir, Alunan Ibu Pertiwi yang dilantunkan sang legenda, om Iwan Fals, Once dan Fiersa Besari sukses bikin merinding.

Sebagai pembaca bukunya, saya menilai 8/10 secara keseluruhan

Terima kasih untuk para aktor dan aktris yang terlibat, terima kasih mas Hanung dan Falcon. FIlm Bumi Manusia berhasil membuat saya mengingat kembali tentang buku dan penulis kecintaan saya, eyang Pram.
Warning :17+

"Perselingkuhan bukanlah cinta"
Kalimat ini berulang-ulang ada di beberapa adegan drama korea "Love Affairs in the Afternoon"

Buat kamu yang mengutuk dan membenci cerita perselingkuhan, jangan pernah baca review atau nonton film ini. Takutnya kalian justru jatuh cinta :(

Iya jatuh cinta. Hubungan perselingkuhan yang semanis itu mungkin hanya ada di drama ini. Gak ngerti kenapa Yoo So-Jung bisa menulis cerita yang sangat menyebalkan dan justru dibuat baper di saat bersamaan.

Sulit untuk bilang kalau drama ini bagus, karena saya benci jalan ceritanya. Tapi hubungan antara Son Ji-Eun dan Yoon Jung-Woo terlalu gemas untuk mendapat cacian "Dasar pelakor, perempuan tak tau diri, lelaki mata keranjang, gak kasian sama istri, bla bla bla..."

Inti cerita ini adalah berkisah dua orang anak manusia, Son Ji-Eun (Park Ha-Sun) dan Yoon Jung-Woo (Lee Sang-Yeob) yang sama-sama 'jatuh cinta' di saat mereka sudah memiliki pasangan hidup masing-masing

Ji Eun yang punya suami dingin, pernikahan 3 tahun yang tidak ada kehangatan.
Jung Woo yang bahkan tidak sedikitpun mencintai istrinya, menikah karena rasa kasihan.

Kemudian mereka bertemu, lalu cinta itu datang. Dan...
Apa apa yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, akhirnya menjadi tragedi paling menyedihkan
Mereka membangun neraka dalam rumah tangga mereka.



Hubungan yang tak pernah direncanakan, perasaan yang dibiarkan tumbuh, kemudian cinta itu hadir, hangat, terbiasa, dan tidak bisa saling melepaskan.

Mereka sadar, sudah mengkhianati pasangan masing-masing. Mereka tahu bagaimana hidup dalam surga sesaat dengan menciptakan neraka kecil untuk orang lain. Mereka hanya butuh satu hari lagi, untuk kemudian mengakhiri semua romansa yang mereka rasakan. Dan diulangi lagi di keesokan harinya. Mereka sudah terlanjur sejatuh cinta itu

Tidak ada cinta, kesetiaan, dan kebahagiaan dalam hubungan perselingkuhan.
Dunia tidak pernah mengizinkan rindu itu tumbuh. Bahagia di atas kesakitan pasangan sah.
Itu bukan cinta.

Karakter lembut Ji-Eun bertemu dengan hati hangat Jung Woo, akan membuat siapapun yang menyaksikan film ini hanyut dibawa perasaan. Bagaimana kuat perasaan mereka, bagaimana sakit hatinya ketika dunia tak lagi mengizinkan mereka saling berpegangan tangan.
Penonton bahkan lupa, kalau itu hubungan terlarang. Mereka berselingkuh, dan itu kejahatan



Iya, tidak ada satu alasanpun yang membenarkan sebuah perselingkuhan
Bahkan meski saling mencintai, bahkan meski hubungan rumah tangga sah berantakan dan sudah tidak lagi ada kasih sayang, bahkan ketika pertama kali merasakan lagi apa yang namanya jatuh cinta.
Jelas perselingkuhan itu sebuah kejahatan.

Bagaimanapun cinta itu tulus, akan berakhir tetap dengan bangunan yang runtuh, perasaan yang terlanjur cacat, dan sulit membuat utuh kembali.

Seperti akhir cerita ini, seluruh dunia memandang perselingkuhan adalah dosa, pezina yang menjijikan, perbuatan yang tak bisa termaafkan.

********************

Ffiiuhhh... Kesel banget deh ah nulis ini, ngebayanginnya juga merinding sendiri. Semua pasangan normal pasti akan sebenci itu diduakan. Apapun alasannya. Hubungan  di luar pernikahan itu SALAH.

Please bu ibu, dik adik, mba mba, yang berniat nonton drama ini. Jangan ambil dari sudut pandang "boleh kok selinguh, ternyata selingkuh itu indah", atau "selingkuh itu gak salah kalau sama-sama cinta dan hubungan sama suami/istri udah ga sehat" dan  sejuta alasan lain

Drama ini dihadirkan untuk dilihat dari sudut pandang, bahwa tidak ada alasan apapun untuk pasangan suami istri berselingkuh, apalagi untuk suami/istri yang sudah punya anak.
Bahkan meski itu CINTA
Brilian. Jenius.
Dua kata yang saya tulis, untuk Sutradara Bong Joon-Ho.

Speechless.
Setelah nonton film ini sampai selesai pun saya masih terbengong-bengong, dan bahkan memutar ulang beberapa adegan yang membuat saya tetap deg-degan.

Iya, PARASITE, SANGAT SANGAT BAGUS BANGET.

Film ini mampu mengaduk-aduk perasaan saya dari scene pertama sampai akhir. Membuat kepala terus bertanya-tanya, setelah ini adegan apa, terus ini gimana, sebenernya siapa yang jadi protagonis dan antagonis-nya?

Mengubah mood dari tegang dengan suasana dark,  jadi kesal dan gemas. Mengaduk perasaan deg-degan seperti menonton thriller, berbalik jadi geli melihat cuplikan scene komedi satir yang bikin ketawa, but terrible at the same time.
Seberantakan itu suasana hati saat nonton.

Kejeniusan Bong Joon-Ho membuat film ini bukan hanya dari segi cerita, tapi potongan scene yang sangat rapi dan detail. Sinematografi yang super duper kueren banget, membuat kita benar-benar bisa merasakan detail kejadian, serta plot dan adegan yang mampu mengaduk perasaan penonton dari satu frame ke frame selanjutnya.


Pemilihan karakter yang tepat dengan dialog dan kejadian sehari-hari yang related dengan kehidupan manusia normal, baik kebiasaan orang kaya atau kebiasaan orang miskin.

Orang kaya yang punya kebiasaan belanja, berpesta, memaksa anak-anak selalu sempurna dalam hidup dan pendidikannya.

Orang miskin pengangguran yang butuh makan, susah cari kerjaan, hingga gambaran sedemikian pentingnya wifi gratisan.



Parasite, atau dalam bahasa korea Gisaengchung, bercerita tentang dua keluarga dengan kehidupan yang bertolak belakang.

Keluarga miskin Kim Ki-Taek (Song Kang Ho) dan istrinya Choong Sook (Jang Hye Jin) hidup di tempat kumuh sebagai penganguran dengan dua anak mereka Kim Ki Woo (Choi Woo Shik) dan Kim Ki Jung (Park So Dam)

Dan keluarga kaya, Tuan Park (Lee Sun Kyun) dan istrinya Yeon Kyo (Cho Yeo Jeong) dengan dua anaknya Park Da Hye dan Park Da Song.

Hingga suatu hari, Ki Woo berkesempatan untuk bekerja di rumah keluarga Park. Dan segala rencana yang tak pernah terrencanakan sebelumnya pun dimulai.

Keluarga miskin Kim sang parasite, akhirnya harus menghalalkan segala cara untuk tinggal di rumah sang induk semang, keluarga Park

Hal yang bikin kesal, ketika keluarga kaya ini justru menggantungkan hidupnya ke keluarga miskin.

Seperti Nyonya Yeon yang harus selalu ada bibi Choong Sook. Tuan Park yang harus selalu diikuti Pak Kim. Da Hye yang jatuh cinta Setengah mati dengan Ki Woo dan Da Song yang sangat akrab dengan Ki Jung

Membiarkan parasite ini tumbuh dan terus berkembang tanpa tahu bahayanya. Sepolos itu.

Hingga di akhir film, parasite terjahat yang sudah menumpang selama 4 tahun dalam rumah induk semang, memaksa dirinya keluar dan menimbulkan tragedi yang tak pernah terbayangkan.

Kehidupan semua keluarga berakhir kacau. Tak terkendali. Twist twist kecil terus diselipkan di tiap adegan, yang membuat perasaan penonton pun sama kacaunya.



Dan, boommm... Berhasil.
Bahkan hingga akhir, film ini tetap tidak membiarkan penonton turun dari roller coaster. Tetap menggantung dengan rasa penasaran dan masih harus mikir, mengira-ngira ending sesungguhnya akan seperti apa, seperti suasana yang dirasakan sepanjang film.

Tepat di peringatan ke-100 tahun perfilman Korea, sutradara Bong Joon-ho dengan film cerdasnya berhasil memberikan hadiah termahal, yaitu membawa Parasite meraih penghargaan bergengsi level dunia, Palme D’Or Festival Cannes 2019.
Membuktikan film ini mempunyai kualitas hampir sempurna.

Ada yang masih belum nonton film ini?
Sudah ada lho di drakor.id (bukan promo)

Villa Panorama 23, Lembang, Bandung. cr/ayazahir

Bandung, Bogor
Dua kota yang selalu jadi pilihan untuk warga Jabodetabek mau ngadain acara semi resmi nyambi refreshing atau liburan tipis-tipis

Iya, di mana lagi selain dua kota yang paling terkenal banyak area wisata, adem, harga bervariasi dari yang paling mahal sampe yang paling terjangkau, makanan berlimpah, view indah sedap dipandang mata. Dan sederet alasan lain untuk pergi ke dua kota ini

Puncak dan Lembang
Di antara dua tempat ini. Akhirnya tim kantor saya sepakat membuat acara workshop semi santai di Lembang.

Lebih tepatnya kami menginap di Villa Panorama 23

Tempatnya enak, pas buat outing, family gathering, atau workshop dengan jumlah anggota yang gak terlalu banyak, kapasitas 10-15 orang lah.

Fasilitas lengkap, ada 4 villa yang bisa jadi pilihan. Dalam satu villa ada 3 kamar plus extra-bed dan dua kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur mini lengkap dengan kompor dan alat masak bisa request ke penjaga, ada aula yang bisa dipakai untuk meeting, workshop, atau karaoke, lengkap dengan sound system, infocus dan toilet.

Di outdoor, ada lapangan cukup luas untuk bikin acara BBQ atau game keluarga yang bisa banget buat dijadikan anak-anak lari, area billiard, di samping lapangan juga ada kolam renang. Walaupun di area Lembang kadang kolam ini kurang berfaedah karena dinggiinnn, ya bisa lah buat nyemplungin temen yang lagi ulang tahun.

Buat yang emang mau niat outbond, tim EO in house juga menyediakan pilihan seperti paintball, offroad atau rafting.

View yang sangat bagus, apalagi pagi hari bisa lihat kabut di atas pohon-pohon sepanjang jalan area villa, adeemmm banget.

Dan yang paling penting, area ini ada di dekat banyak area wisata dan tempat makan. Bahkan bisa jalan kaki ke pasar. Cari sarapan nasi kuning, nasi uduk, bubur ayam, lontong kari, kupat tahu, sate, ketan ulen bakar dan aneka makanan khas Bandung lain. Tinggal pilih

Mau sambil wisata? Bisa banget, di sini sangat dekat ke:
Taman Wisata Grafika Cikole
Orchid Forest Cikole
Kawah Gunung Tangkuban Parahu
Floating Market
Wisata alam & rafting Ciater spa
Wisata alam Maribaya resort
Wisata bunga Begonia
DeRanch
Wisata edukasi rumah ilmu Octagon

Ada beberapa hal kecil yang kurang di dalam villa menurut saya pribadi. Di sini gak disediain cermin, secara kalau perempuan itu nginep di manapun cermin adalah wajib, jam dinding juga gak ada. Ini bukan yang krusial sih. Dan untuk ukuran villa 2.5 juta permalam ini sudah cukup lengkap, dan nyaman banget.

Buat kalian yang mau bikin acara skala group kecil dan pengen eksklusif, villa ini bisa dijadikan pilihan.

Silakan search : Villa Panorama 23
JL. Raya Tangkuban Perahu, Komplek Panorama B23

Dan ini beberapa view foto yang saya ambil dari kamera pinjeman teman
















Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • Dari Singapore ke Kuala Lumpur, Naik Bis, Kereta, atau Pesawat?
  • Naik Bis Dari Singapore ke Johor Bahru, cuma 15 Menit
  • Shabu Hachi Margonda Depok, Lengkap Banget
  • Tukar Uang di SUV Money Changer, Depok, Termurah Lho
  • Family Gathering di Villa Bundar, Salah Satu Villa Terbaik di Sentul

Blog Archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (47)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2019 (53)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ▼  Agustus (11)
      • Pride and Prejudice, Jane Austen. Roman Terpopuler...
      • All You Can It BBQ "Jan-Je Sapi Depok" Cuma 99 Ribu
      • Gonjiam: Haunted Asylum. Dari Kisah Nyata Rumah Sa...
      • Nicholas Saputera VS Adipati Dolken
      • Bumi Manusia. Netizen Juga Tahu, Nyai yang Jadi Ju...
      • Drama Korea Love Affairs In The Afternoon,Perselin...
      • PARASITE, Film Korea Terbagus Tahun Ini
      • Villa Panorama 23, Lembang, Bandung. Kerja sambil ...
      • Jabodetabek Mati Lampu Serentak, Aktivitas Mendada...
      • Lebih Suka Telepon atau Chat?
      • Anti-Spoiler atau Pro-Spoiler?
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2011 (51)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.