Selamat Ulang Tahun Pernikahan, Suami!



Artikel pertama tentang diri sendiri di tahun 2021. Special sebagai hadiah ulang tahun pernikahan yang menginjak usia ke lima. Lima tahun itu usia yang sedang lucu-lucunya, sudah pernah melewati berbagai fase hidup menuju pribadi yang sedikit ‘lebih dewasa’ dibanding balita. Usia yang cukup untuk belajar jalan, berkali-kali jatuh, menangis karena luka-luka kecil, dan tertawa bahagia ketika menemukan sebuah momen menyenangkan.

Kemudian menjadi pribadi yang siap berlari menuju fase berikutnya, sedikit ‘lebih dewasa’ dari usia anak-anak.

Suami saya tidak suka membaca blog. Untuk itu saya menulis untuk diri sendiri, kemudian sederhana mengirim pesan dalam satu pelukan sebelum tidur “Selamat ulang tahun pernikahan, Suami!”

Dari hasil pernikahan yang baru seusia balita, ada banyak pembelajaran yang rasanya jauh lebih berharga dibanding 25 tahun hidup saya sebelumnya.

Pernikahan itu punya segala rasa. Bercampur aduk. Iya bahagia, iya bingung, iya pusing, dan iya karena ini adalah proses penyempurnaan separuh keimanan menjadi utuh. Tentu kalau pernikahan itu mudah, setan gak bakal nekad nongkrongin tiap hari di depan pintu pasangan yang sudah menikah. Mendoakan mereka berpisah, di setiap kali kaki suami atau istri melangkah keluar dari rumah.

Proses belajar tanpa batas akhir, memahami satu sama lain tanpa berhenti, saling menerima masing-masing karakter sama banyaknya.

Kemudian arah membawa ke sebuah titik, melewati momen menjadi orangtua. Orangtua baru yang banyak ketidaktahuan dengan masing-masing belum ada pengalaman. Sama-sama menerka dan mengira-ngira, mana pelajaran terbaik yang harus anak-anak terima.

Semakin rumit tapi juga seru.

Satu dua letupan kecil di ruang empat kali empat dinding ruang tidur, kami pastikan tidak pernah keluar atau terdengar ke luar dapur. Bisa. Dan sudah seharusnya begitu.

Related Post Pernikahan, Ternyata Tidak Sesederhana Itu Mencintai Seseorang

Kami memilih tinggal jauh dari lingkungan keluarga dan saudara. Supaya ketika bertemu hanya menyisakan sisi rindu. Kadang, kita perlu menjauh untuk paham bahwa keberadaan seseorang itu penting.

Meski ada beberapa hal di luar kendali. Segala hal yang terjadi dilakukan berdua, tidak bisa mengandalkan bantuan keluarga. Kondisi ini justru yang membuat kami semakin dewasa. Di usia pernikahan yang menginjak tahun ke lima.

Semoga kita semakin kompak, peace, love, and lebih gaul lagi. Semakin bisa mengikuti perkembangan zaman untuk membawa anak-anak ke pintu gerbang masa depan mereka masing-masing.

Semoga makin cepat dikasih tambahan bayi baru, dan saya bisa mewujudkan harapan bisa cuti tiga bulan.

Semoga tahun depan, (atau depannya lagi) kita semakin punya banyak tabungan jalan-jalan, semakin sering traveling bertigaan (atau ber-empatan), dan bisa merealisasikan mimpi untuk bisa bekerja sambil keliling ke luar negeri.

Semoga semua hal baik senantiasa memeluk setiap gerak, menaungi setiap langkah, dan membimbing setiap ucap yang terlisan.

Saya dan suami sebetulnya sempat lupa tanggal ulang tahun pernikahan. Karena bahkan ulang tahun kelahiran sendiri saja kami tidak pernah mengingat-ingat apalagi merayakan. Namun, setelah menikah, momen hari akad itu dirasa lebih penting dari tanggal lahir masing-masing. Karena setelah menikah setiap pasangan menjadi satu, tidak lagi satu-satu.

Lewat dua hari dari tanggal pernikahan, akhirnya ada yang ingat kalau “Oh iya ini hari ulang tahun pernikahan kita ya”

Sederhana. Hanya ada satu pelukan, tiga kecupan, dan banyak rasa syukur atas kebaikan semesta yang sudah menjaga kami berdua sampai di tahun ke lima. Semoga akan terus begitu sampai tahun tahun berikutnya. Sampai selamanya. Selama entah. Sampai waktu menentukan sendiri takdirnya.

Kemudian kita berjanji untuk diri masing-masing, bahwa akan terus saling menjaga, memahami lebih banyak lagi dan tidak berhenti untuk saling menyayangi.

Meski kamu kadang nyebelin, tapi percayalah rasa sayang saya lebih banyak dari ‘menyebalkan’ yang kamu punya. Sebaliknya, saya meminta maaf dan ridho banyak-banyak atas apa yang pernah saya lakukan dan katakan yang sekiranya pernah membuat kamu tidak suka atau tidak sengaja melukai.

Terima kasih, selamat mengenang hari pernikahan ke lima, suami!


Selasa, siang di tengah mendung

Ayazahir

 

4 Comments

  1. Balasan
    1. Wanjaay dipanggil Bund hahahah

      Thank u anyway ^^

      Hapus
  2. Happy anniversary yang ke lima...semoga terus berada dalam lindungan-Nya untuk seluruh keluarga.

    Saya setuju kalau setelah menikah, ada baiknya "jaga jarak" sama keluarga. Selain biar lebih privat, juga supaya belajar untuk menghadapi semuanya berdua. Kadang, berdua aja udah lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah.

    Barakallah untukmu sekeluarga ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Many thanks Mas, semoga doa baik berbalik untuk mas Prima sekeluarga.
      Setuju sekali, pisah jauh dari orangtua dan keluarga mempercepat proses pendewasaan juga untuk urusan rumah tangga

      Dan mengurangi konflik antar saudara yang kadang sering terjadi kalau deketan hihi

      Hapus

Silahkan tinggalkan pesan di sini: