Kemudian menjadi pribadi yang siap berlari menuju fase
berikutnya, sedikit ‘lebih dewasa’ dari usia anak-anak.
Suami saya tidak suka membaca blog. Untuk itu saya menulis untuk
diri sendiri, kemudian sederhana mengirim pesan dalam satu pelukan sebelum
tidur “Selamat ulang tahun pernikahan, Suami!”
Dari hasil pernikahan yang baru seusia balita, ada banyak
pembelajaran yang rasanya jauh lebih berharga dibanding 25 tahun hidup saya sebelumnya.
Pernikahan itu punya segala rasa. Bercampur aduk. Iya bahagia,
iya bingung, iya pusing, dan iya karena ini adalah proses penyempurnaan separuh
keimanan menjadi utuh. Tentu kalau pernikahan itu mudah, setan gak bakal nekad nongkrongin
tiap hari di depan pintu pasangan yang sudah menikah. Mendoakan mereka berpisah,
di setiap kali kaki suami atau istri melangkah keluar dari rumah.
Proses belajar tanpa batas akhir, memahami satu sama
lain tanpa berhenti, saling menerima masing-masing karakter sama
banyaknya.
Kemudian arah membawa ke sebuah titik, melewati momen menjadi orangtua. Orangtua
baru yang banyak ketidaktahuan dengan masing-masing belum ada pengalaman. Sama-sama
menerka dan mengira-ngira, mana pelajaran terbaik yang harus anak-anak terima.
Semakin rumit tapi juga seru.
Satu dua letupan kecil di ruang empat kali empat dinding
ruang tidur, kami pastikan tidak pernah keluar atau terdengar ke luar dapur. Bisa.
Dan sudah seharusnya begitu.
Related Post Pernikahan, Ternyata Tidak Sesederhana Itu Mencintai Seseorang
Kami memilih tinggal jauh dari lingkungan keluarga dan
saudara. Supaya ketika bertemu hanya menyisakan sisi rindu. Kadang, kita perlu
menjauh untuk paham bahwa keberadaan seseorang itu penting.
Meski ada beberapa hal di luar kendali. Segala hal yang terjadi
dilakukan berdua, tidak bisa mengandalkan bantuan keluarga. Kondisi ini justru
yang membuat kami semakin dewasa. Di usia pernikahan yang menginjak tahun ke
lima.
Semoga kita semakin kompak, peace, love, and lebih gaul
lagi. Semakin bisa mengikuti perkembangan zaman untuk membawa anak-anak ke pintu
gerbang masa depan mereka masing-masing.
Semoga makin cepat dikasih tambahan bayi baru, dan saya bisa
mewujudkan harapan bisa cuti tiga bulan.
Semoga tahun depan, (atau depannya lagi) kita semakin punya banyak
tabungan jalan-jalan, semakin sering traveling bertigaan (atau ber-empatan), dan
bisa merealisasikan mimpi untuk bisa bekerja sambil keliling ke luar negeri.
Semoga semua hal baik senantiasa memeluk setiap gerak,
menaungi setiap langkah, dan membimbing setiap ucap yang terlisan.
Saya dan suami sebetulnya sempat lupa tanggal ulang tahun
pernikahan. Karena bahkan ulang tahun kelahiran sendiri saja kami tidak pernah
mengingat-ingat apalagi merayakan. Namun, setelah menikah, momen hari akad itu
dirasa lebih penting dari tanggal lahir masing-masing. Karena setelah menikah setiap
pasangan menjadi satu, tidak lagi satu-satu.
Lewat dua hari dari tanggal pernikahan, akhirnya ada yang
ingat kalau “Oh iya ini hari ulang tahun pernikahan kita ya”
Sederhana. Hanya ada satu pelukan, tiga kecupan, dan banyak rasa syukur atas kebaikan semesta yang sudah menjaga kami berdua sampai di tahun ke lima. Semoga akan terus begitu sampai tahun tahun berikutnya. Sampai selamanya. Selama entah. Sampai waktu menentukan sendiri takdirnya.
Kemudian kita berjanji untuk diri masing-masing, bahwa akan
terus saling menjaga, memahami lebih banyak lagi dan tidak berhenti untuk
saling menyayangi.
Meski kamu kadang nyebelin, tapi percayalah rasa sayang saya lebih
banyak dari ‘menyebalkan’ yang kamu punya. Sebaliknya, saya meminta maaf dan ridho
banyak-banyak atas apa yang pernah saya lakukan dan katakan yang sekiranya pernah
membuat kamu tidak suka atau tidak sengaja melukai.
Terima kasih, selamat mengenang hari pernikahan ke lima,
suami!
Selasa, siang di tengah mendung
Ayazahir
4 Comments
Happy anniversary bund
BalasHapusWanjaay dipanggil Bund hahahah
HapusThank u anyway ^^
Happy anniversary yang ke lima...semoga terus berada dalam lindungan-Nya untuk seluruh keluarga.
BalasHapusSaya setuju kalau setelah menikah, ada baiknya "jaga jarak" sama keluarga. Selain biar lebih privat, juga supaya belajar untuk menghadapi semuanya berdua. Kadang, berdua aja udah lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah.
Barakallah untukmu sekeluarga ya Mbak.
Many thanks Mas, semoga doa baik berbalik untuk mas Prima sekeluarga.
HapusSetuju sekali, pisah jauh dari orangtua dan keluarga mempercepat proses pendewasaan juga untuk urusan rumah tangga
Dan mengurangi konflik antar saudara yang kadang sering terjadi kalau deketan hihi
Silahkan tinggalkan pesan di sini: