Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio

Besok tahun baru. Resolusi 2021, pengen bisa lebih banyak nulis dan lebih banyak baca buku.

Waktunya sih ada, kadang ngumpulin niatnya itu yang lama. Bahkan sepanjang 2020, saya cuma bisa ngisi blog kurang dari 50, dan masih punya sederet buku yang belum kesentuh. Oh tidak.


Ini beberapa judul buku yang belum saya selesaikan, ada yang sebenarnya sudah pernah baca via e-book, tapi akan selalu saya baca ulang versi buku fisik. Sensasi dan feel-nya tuh tetep beda, gak tahu kenapa.

Sebagai generasi yang lahir di akhir 80an, saya tidak sepenuhnya mencintai semua produk digital. Buku salah satunya. Meski kekinian banyak electronic book berbayar atau gratisan, berjamurnya aplikasi membaca buku online, tapi tidak membuat saya beralih dari buku fisik ke buku elektronik.

Sesekali pernah baca e-book ketika melakukan perjalanan dan lupa bawa buku, atau ketika di kendaraan malam-malam, e-book emang bisa dibuka di ponsel tanpa butuh penerangan tambahan. Selebihnya, saya masih jatuh cinta pada buku fisik dengan segala aroma khas ketika membalik kertasnya.

Saya pernah review Norwegian Wood karya Haruki Murakami

Atau Perempuan di Titik Nol Nawal el - Saadawi juga bisa dibaca di sini

Beberapa tahun lalu, ketika belum sibuk mengatur keuangan rumah tangga dan kebutuhan anak, saya bisa menghabiskan 40% dari pendapatan untuk beli buku baru setiap bulan. Sekarang, duh kok kayaknya sayang ya. Mode 'Emak-emak'nya auto ter-install di pikiran.

Tapi demi bisikan hati dan panggilan jiwa yang meronta-ronta setiap bulan wajib banget beli buku, meski cuma satu, di situlah tercetus ide bahwa saya masih bisa mendapatkannya dengan harga kurang setengah dari budget yang seharusnya.

Sejak saat itu, perburuan buku second original saya dimulai. Ternyata nagih banget sahabat.

Belinya di mana aja, bisa dari Facebook, Instagram, atau pernah juga via e-commerce. Seleksi dari profile penjual, seberapa serius mereka buat narasi promosi, dan apakah bukunya benar-benar bekas original. Karena meski sekarang banyak buku dijual murah separo harga, tapi semuanya buku bajakan alias kawe. Sad ☹

Gak usah diceritain lah ya apa alasan kita gak boleh beli buku palsu. Pasti sudah pada tahu. Nah sekarang saya mau berbagi alasan kenapa saya kecanduan beli buku bekas original.


Berikut alasan yang saya punya, kenapa beli bekas itu menyenangkan?

Harga Lebih Murah

O jelas, ini pertimbangan nomor satu kenapa akhirnya saya memilih beli buku bekas. Harganya bisa dua hingga tiga kali lipat dari harga baru. Selain karena waktu, kondisi masih bagus atau cacatnya juga berpengaruh sama harga jual. Makin lama bukunya, makin murah harganya.

Kualitas original

Meski bekas, saya tidak pernah beli buku bajakan. Kualitas originalnya masih tetap bisa dipertahankan, lebih beruntung lagi kalau ketemu penjual yang self reader alias buku kolpri yang emang suka baca tapi gak doyan ‘nimbun’ buku. Akhirnya setelah dibaca dua tiga kali dia jual murah. Nah, penjual model begini nih yang selalu saya buru. Wangi barunya masih kerasa, tapi harganya jauh lebih murah.

Nilai History

Ada beberapa penjual buku kolpri (koleksi pribadi) yang dia sayaaang banget sama bukunya, disampul rapi, kertasnya gak dilipat dan gak bernoda sama sekali. Pernah juga pemilik buku yang punya tanda tangan asli lengkap dengan notes penulisnya. Happy banget, dapet buku yang punya nilai sejarah dari si empunya sebelumnya. Biasanya alasan mereka menjual buku yang punya nilai sejarah pribadi itu lebih ke sedang butuh tambahan uang, mau pindah rumah, rak bukunya udah gak cukup, dan sebagainya. Jadi bukan karena gak sayang.

Perbanyak Teman

Setelah beberapa tahun memburu buku second, saya bahkan punya teman akrab dari komunitas pecinta buku bekas. Saling bertukar informasi tentang ketersediaan buku second di toko ini atau di postingan si anu. Berbicara dengan orang yang punya hobi sama itu selalu menyenangkan. Obrolannya nyambung, pembahasannya ya gak jauh-jauh dari penulis favorite atau cerita kesukaan. Banyak teman, tentu banyak rezeki. Seenggaknya rezeki informasi ter-update ketika ada buku atau novel langka dilelang murah. Ehe

Banyak Pilihan

Buku original baru pasti punya rate harga sesuai penghitungan penulis dan penerbit. Harganya jelas sama. Kalaupun beda antara toko buku 1 dan toko yang lain, gak akan terlalu signifikan perbedaan harganya. Sementara buku bekas, benar-benar bervariasi. Saya pernah membeli buku Pram asli, dari akun sebelah Rp250.000, dan dapat dari tangan lain yang sedang butuh uang alias BU dijual dengan harga hanya Rp150.000,’ rezeki anak sholeh. Pinter-pinter cari perbandingan aja, dan belinya juga santai. Banyak buku yang saya beli cuma dengan harga Rp25.000-an, original no catat.


Value Tampilan Buku Lama

Dulu, aroma yang selalu saya suka adalah wangi buku baru. Sekarang, membolak balik tampilan kertas menguning dengan bau khas buku tua karena tersimpan lama, jadi salah satu kegemaran saya. Bikin kecanduan. Dulu saya sering duduk seharian di Galeri Buku Bengkel Deklamasi di area Taman Ismail Marzuki, toko buku bekas yang mojok di kanan gedung Graha Bhakti Budaya (yang sudah dipindahkan). Membaca berjam-jam, sambil tenggelam dalam aroma buku sastra lama dan langka.

Sekarang waktu berharga saya semacam itu sudah sulit ditemukan. Bisa baca dua buku perminggu aja udah keren banget, hehe

Semoga 2021 saya bisa membaca buku dan menulis blog sama banyak. Terima kasih 2020, tahun yang maha asyik.

O ya, kalian pernah beli buku bekas gak?


Hobi kecil, yang kalo diseriusin bisa dapet uang. Gimana caranya? 

Pada dasarnya semua hobi bisa menghasilkan uang kalau penempatannya tepat. Besar kecil penghasilannya sih ya tergantung bagaimana pengelolaan.

Termasuk hobi menulis, kemudian menjadi penulis online.

Jadi, biasanya saya dibayar berapa untuk sekali buat content writer atau pembuatan satu artikel?

Di dunia ini ada buanyaak banget profesi, bukan ratusan, jutaan, mungkin miliaran. Ada juga 1 profesi yang dimiliki oleh ratusan, jutaan dan mungkin miliaran orang. 
 
Kalau kita simpulkan, di antara miliaran profesi yang ada di dunia, salah satunya ada profesi guru. Nah, ada berapa miliar manusia yang berprofesi sebagai guru? Banyak banget deh. 

Bagaimana dengan ‘harga diri’ mereka? Tentu saja sangat bervariasi. Guru spesialis apa, di mana tempat ia mengajar, apa background pendidikannya, bagaimana pengalaman kerjanya, seperti apa kualitas dirinya, kepribadiannya, koneksinya, cara ia mengajar , dan lain lain dan sebagainya. 
Jelas masing-masing guru, akan berbeda nilainya. 

Nah kurang lebih sama lah ya, perumpamaannya dengan ‘harga diri’ seorang content creator, atau profesi apapun. Saya fokus untuk pembuatan konten menulis. 

Di antara miliaran manusia yang berprofesi sebagai penulis, mayoritas awalnya menulis karena cinta, karena hobi, karena suka. Beda dengan profesi lain yang memang bertujuan untuk jenjang karir atau mencari uang dari profesinya. 

Pun saya. Punya hobi menulis sejak duduk di sekolah dasar, kemudian menambah pengetahuan bagaimana menulis sastra di sekolah menengah. Meningkatkan kemampuan menulis konten televisi, radio, drama & non-drama ketika kuliah, kemudian menyelesaikan beberapa tulisan hard news, soft news hingga biografi saat tergabung dalam perkumpulan pers mahasiswa. Semakin senang menulis fiksi dan puisi di sosmed, bercerita keseharian dan mencurahkan perasaan di blog. Kok makin seru ya. 
Kemudian bekerja sebagai content creator naskah cerita komedi, talkshow, games show, variety sampai acara musik di tempat kerja. Akhirnya kemudian menulis itu sebuah tuntutan hidup. Yang berkembang menjadi kebutuhan. 

Akhirnya beberapa tahun berkecimpung di dunia penulisan, apapun. Serabutan. Tapi saya menikmati, bahkan tidak pilih-pilih mau nulis tentang apa. Semuanya dihajar karena setiap hari dalam pikiran saya hanya harus “nulis, nulis, nulis…” (ngalahin moto Presiden Jokowi ‘kerja, kerja, kerja…’) 

Selain bekerja di sebuah media yang harus menuntut saya jadi content creator, akhirnya saya tertarik “menjual” karya saya ke berbagai situs. Saya aktifkan kembali blog, yang beberapa tahun lalu sempat terbengkalai. 

Blog saat ini jadi bagian dari portopolio karir saya. Di mana orang bisa melihat kemampuan saya menulis ini dan itu. 

Didukung dengan beberapa situs dan platform wadah para freelancer yang kekinian banyak bermunculan. Kemudian semakin membuat saya semangat untuk ‘menjual diri’ dan karya. Semakin berani membuka kesempatan baru. 

Dari situs-situs itu justru saya punya ‘nilai’ untuk karya saya. Berapa saya dibayar tiap buat artikel, naskah, atau bahkan konten sosial media lengkap dengan caption-nya. 

Saya kira, ketika saya banting setir menjadi seorang ‘creative social media’, karir saya akan berubah tak terarah. Ternyata, Alhamdulillah justru ini jadi pintu rezeki ke mana saja. 

Dengan memahami konten sosial media, sedikit-sedikit diajari digital marketing hingga membaca insight analytic jusru jadi ilmu baru dan berkah buat saya. 

Kekinian, konten-konten saya bisa dijual. Ada aja yang minta untuk buatkan konten sosmed, pembuatan artikel tulisan, review di blog dan lain-lain. Sebanyak itu peluang kesempatan kerjanya. 
 
Lalu berapa saya dibayar? 

Tergantung. Siapa klien yang minta project, sebesar apa media atau perusahaan atau product yang mereka punya. Tergantung seberapa banyak mereka minta. Kualitas, kuantitas, bahkan apakah artikel ngasal atau harus SEO, semua tidak ada nominal pasti. 

Kalau saya ngobrol dengan para content creator, ada yang dibayar Rp 500.000.-, ada juga yang bahkan hanya Rp 25.000 per-artikel/konten. 

Nominal terkecil pun terima aja dulu, kalau rajin nulis artikel dibayar kecilpun bisa jadi jutaan. Anggap aja sebagai latihan menulis dan mengembangkan ilmu. Dan terpenting koneksi. 

Yup, content creator terutama para freelancer itu salah satu modal besarnya adalah link, koneksi dengan orang lain. Makanya jangan pernah menolak rezeki kecil. Kerjakan semaksimal mungkin. 

Jadi, ketika ditanya berapa sih bayaran seorang content creator? 
Bisa jutaan, bisa ratus ribuan, bisa puluh ribuan, bisa dibayar “traktiran…” 



Nah, bagaimana cara meningkatkan pendapatan dari menulis?


Ini tipsnya:
  • Jangan berhenti menulis. Nulis aja terus, tentang apapun, kalau ada blog lebih bagus. Bisa jadi etalase memajang karya.
  • Jangan tidak membaca. Tidak ada orang yang bisa menulis bagus, tanpa membaca. Baca apa aja. Karena semua inspirasi bisa datang dari apa manapun, terutama dari apa yang kita baca. Mau baca satatus sosmed, buku, novel, koran dan sebagainya
  • Tingkatkan koneksi. Bangun relasi, ngobrol dengan banyak blogger atau penulis. Berbincang dengan banyak orang. Aktif blog walking ke halaman orang lain, dan rajin komen. Gabung di komunitas penulis/blogger
  • Semua profesi ketika kita melakukannya dengan hati, dipupuk dengan kasih sayang, dan ditumbuhkan dengan cinta, hasilnya pasti akan membuat kita bahagia.

Apalagi ketika dibayar. Selamat berkarya para content creator mania

*source all image by freepik




Ibu-ibu newbie ngumpul di sini. Apa kabar, sudah mengeluh berapa kali hari ini? 
Fiiuh ternyata jadi parent tuh riweuh ya Sist. 

Rentang usia ibu milenial kekinian ada di usia 18 sampai 34 tahun. Di mana usia-usia yang bisa jadi baru menikah, belum cukup mapan, dan baru punya semata dua mata wayang anak. Newbie Parent.

Menjadi orangtua adalah pelajaran seumur hidup. Sekolah luar biasa dengan materi ujian setiap hari, di mana anak-anak adalah guru terbaiknya. Dan kita, ibu-ibu muda yang masuk generasi milenial sedang sama-sama belajar jadi orangtua yang baik dengan tanya sana sini atau ngandelin google untuk ngubek ilmu parenting.

Kebayang gak sih, Mom, sepuluh tahun lalu masalah dalam hidup kita tuh remeh temeh banget. Gak jauh-jauh dari urusan asmara, atau sebel-sebel dikit sama sahabat lama. Sekarang, the real new world akhirnya datang juga. Tidak butuh waktu lama untuk membuat hidup kita berubah total. Signifikan.

Kalau dulu paling sering searching situs nonton streaming, belanja skincare murah, nyari artikel gimana caranya gebetan jatuh cinta. Sekarang, malah sering buka-buka link semacam Theasianparent-parenting

Bukan cuma bentuk badan yang tiba-tiba jadi gampang melar dua kali lipat dari sebelumnya. Urusan-urusan harian juga jadi gak jauh dari perkara tangisan anak, ribut sama pasangan gara-gara gak mau gantian gendong pas jam-jam bayi begadang. Kemudian naik jadi keseruan ngajarin toddler jalan, menyiapkan berbagai menu makanan, ngenalin huruf abjad satu persatu dan ngajarin fakta kalau warna hitam dicampur warna putih itu jadi warna abu-abu.

Lain dulu lain sekarang, orangtua milenial zaman now mendidik buah hati beda banget dengan parents zaman old membesarkan kita waktu kecil dulu.

Ya iyalah, anak sekarang terlahir udah bisa di-live-in Instagram. Di mana kelahiran mereka di tahun 2010-an berbarengan dengan kemunculan iOS 4 kebanggaan Tim Cook.
Nah, kita justru lahir saat Steve Jobs aja belum tahu bakal ngerilis iPhone, karena di tahun itu doi masih sibuk ngambek-ngambekan sama temen, dan sempat ngundurin diri dari perusahaan.

So, Gimana sih cara orangtua milenial membesarkan generasi alpha zaman now?



1. Semua serba Digital
Beda dengan zaman kecil kita dulu, di mana cara kita dibesarkan berasal dari landasan ‘kata orangtua’, tradisi turun temurun. Banyak pamali, pantangan, dan kebiasaan yang harus dilakukan. Kekinian, hampir semua ibu milenial menentang ‘ajaran-ajaran’ orangtua yang dirasa kolot dan gak sesuai zaman. 
Mulai dari masa kehamilan, melahirkan, dan bagaimana mengurus baby newborn sampai masuk usia sekolah. Kecanggihan teknologi yang membuat semua berubah.

Bukan hanya untuk eksistensi, tapi pola pengasuhan anak semua bisa didapat dari hasil googling. Salah satu situs yang sering saya kunjungi adalah TheAsianParent, semua informasi tentang parenting ada di sini.
Gak bisa dipungkiri, ilmu pendidikan sebagai orangtua makin berlimpah dan bisa didapat dari sumber mana aja, GRATIS.

"Google is the new grandparent, the new neighbor, the new nanny."

The Times bahkan pernah menulis kalimat ini untuk menggambarkan bagaimana cara milenial membesarkan anak-anak mereka zaman sekarang.



2. Lebih Percaya Diri
Selain usia matang, kemajuan teknologi membuat orangtua milenial lebih PD membesarkan buah hatinya. Banyak tempat bertanya, berlimpah informasi di social media. Berbeda dengan orangtua dulu yang otodidak membesarkan anak.

Sebuah survey Pew Research Centre menemukan fakta 57% ibu milenial menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan sebagai orangtua lebih baik dari generasi sebelumnya.



3. Stabil secara financial
Seiring dengan teknologi yang semakin maju, perekonomian generasi milenial pun jauh lebih stabil dibanding orangtua zaman dulu. Pendapatan lebih besar, usia matang saat memutuskan untuk menikah adalah dua alasan kenapa orangtua milenial lebih stabil secara ekonomi.

Tapi bukan berarti hidup lebih mapan, sebaliknya, orangtua milenial juga punya pengeluaran lebih besar dibanding generasi dulu. Kebutuhan semakin banyak, gaya hidup lebih meningkat, membuat orangtua zaman now harus mengeluarkan budget lebih besar.


4. Usia lebih Matang
Zaman dulu tuh gak heran usia 15 atau 17 tahun sudah jadi ibu. Kondisi yang sulit ditemukan zaman sekarang, masih ada sih, tapi gak banyak.

Generasi milenial lebih memilih menunggu usia matang untuk menikah, kemudian punya anak pertama di usia lebih dari kepala tiga.
Istilah perawan atau jejaka tua sudah jarang didengar di era kekinian. Semua orang dewasa punya kebebasan memilih kapan waktu yang tepat untuk menikah.

5. Nama Anak yang Lebih Kreatif 
Tuti, Jono, Wardoyo, Dirman, Siti adalah nama-nama yang sulit ditemukan pada bayi-bayi new born zaman now. Orangtua milenial lebih kreatif memilih nama untuk anak-anak mereka, yang bahkan kakek neneknya sulit mengeja nama lengkap cucu mereka sendiri.

Referensi lebih banyak, gak cuma ngandelin ‘nama titipan’ dari kakek atau tetua kampung pada masa itu. 

6. Bakat anak tidak harus sama dengan orangtua
Open mind. Orangtua milenial tuh punya pemikiran lebih terbuka, seiring dengan semakin banyak profesi atau karir yang beraneka ragam. Orangtua zaman now cenderung tidak pernah memaksakan keinginan agar profesi orangtua diteruskan atau diduplikat sama anak-anak mereka.

Punya orangtua PNS, gak harus anaknya jadi guru. Professor Hukum gak memaksakan anak mereka jadi jaksa atau pengacara. Semua gak harus sama.
Anak-anak zaman now lebih dibebaskan bercita-cita dan memiliki bakat di bidang berbeda dengan orangtua.


Nah, setidaknya ini perbedaan pola pengasuhan orangtua milenial dengan orangtua zaman sebelumnya. Kemajuan teknologi tentu akan memengaruhi perilaku manusia, pemikiran, gaya hidup, dan tuntutan kebutuhan selangkah lebih maju membuat perubahan besar pada keberlangsungan hidup manusia.

Gak ada yang salah, dan tidak ada yang lebih benar satu sama lain. Karena dari semuanya, yang paling utama adalah kita sebagai orangtua harus selalu membuat generasi penerus lebih baik dari sebelumnya. 

Sudah seharusnya masa depan anak lebih baik daripada orangtua. Kita bisa jadi lebih baik dari orangtua, dan dengan segala usaha kita juga melimpahkan banyak kasih sayang dan memberikan ilmu pengetahuan terbaik untuk mendidik anak-anak yang kita punya. Karena mereka, para generasi alpha harus lebih baik dari orangtuanya.

Selamat hari ibu, untuk para wanita di seluruh dunia.
Villa Dharma Residence, Mega Mendung. Photo by myself.

Naik-naik ke puncak Bogor, tinggi-tinggi sekali.

Warga hits Ibukota Jakarta beserta sejumlah daerah pinggirannya kalau liburan tipis-tipis biasanya ke mana sih? Ya pasti gak jauh-jauh ke area Sentul, Bogor, mepet dikit ke Bandung lah. Tapi yang super paling favorite emang tetep di Puncak Bogor sih, jarak dekat, udara ademmmm, menentramkan kayak senyum gebetan.

Macet-macet sedikit it’s okay, karena bakal terbayar dengan pemandangan indah, udara sejuk, pepohonan alami, villa-villa pribadi dengan halaman luas yang jauh dari keramaian suara klakson dan asap knalpot yang bikin muka jerawatan, bau-bau surga duniawi banget deh pokoknya.

Apa tujuannya? Ya melepas penat. Apalagi ketika dipertemukan dengan dua tanggal merah berjejer yang berdampingan dengan Sabtu – Minggu, long weekend Guysss, hajaarrr.

Setelah kerja berhari-hari berbulan-bulan, diperes otak sama perusahaan gak mau tahu harus achieve target tiga bulanan, ngejar deadline klien biar cepet-cepet bisa kirim tagihan, macet-macetan di jalanan perkotaan, berangkat menembus embun pagi pulang dipayungi langit malam, kegencet-gencet di KRL dengan ketiak keringatan, ah, sedap lah pokoknya.

Gak heran dong, selalu butuh dua tiga hari dalam beberapa bulan untuk mengistirahatkan pikiran dari yang cuma kerja, kerja, kerja.

Liburan yuuukkk…!

Ups, masih pandemi. Gak usah jauh-jauh apalagi nyamperin kerumunan, virus Corona masih aktif mengintai sesiapa yang bandel gak nerapin protokol kesehatan atau jumawa kalau udah kebal virus, karena biasa dicampakkan mantan. Eh gimana?

Sebut salah satu villa terkeren di Puncak Bogor?

Banyak banget Guys. Tapi kadang beberapa villa yang menawarkan keindahan alami yang super nyaman tuh perjuangannya juga gak main-main. Kalau gak harganya yang cuma cocok di kantong sultan, tempatnya jauuuh banget mencil, nemplok di cerukan gunung yang harus pakai mobil off road untuk mencapainya. Buat yang punya mobil ceper macam sedan, mohon maaf minggir dulu, liburan di Sawangan, Depok aja mendingan.

Iya, suasana villa adem sesuai harapan tuh kalau gak mahal ya jauh. Emang kalau mau hasil yang terbaik, butuh perjuangan maksimal.

Eits, Sebentar, sebentar, pernah dengar villa Dharma Residence, Gadog gak?

Anggap saja belum, karena bahkan ketika klik di sang maha pemilik semua informasi ‘Google’ pun belum banyak info tentang villa ini.

Bukan, bukan karena tempat ini terpencil jauh di antah berantah. Tapi karena asal muasalnya villa asri ini hanya diperuntukkan bagi keluarga aja. Bukan untuk dikomersilkan. Tapi karena banyak teman, kenalan pemilik yang meminta supaya bisa nginep di sini, akhirnya diperbolehkan lah masyarakat umum untuk menyewa tempat ini.

Baca Juga Lorin Hotel, Sentul, Hotel Nyaman Ramah Anak-anak

Se-eksklusif apa sih Villa Dharma Residence?

Lihat aja penampakannya, dua villa unik di tengah ratusan hektar tanah luas yang dikelilingi bunga-bunga cantik dengan pohon-pohon tinggi memeluk seluruh lekuk bangunan. Hangat. Tersembunyi. Belum banyak orang yang tahu.

Pertama kali menginjakkan kaki ke sini, yang terbersit di kepala saya adalah “Anjiirr urang di mana ieu? Di Indonesia lain?” (Aku di mana, Namaku siapa…?)

Oke bukan begitu sih.

Tapi yang jelas ini tempat superrrrrr nyaman banget dipijak, begitu masuk gerbang yang bertuliskan “Villa Dharma Residence” yang dijaga ketat oleh pengaman dari kesatuan marinir (So, pastikan kamu tamu atau sudah janjian sama pemilik villa, biar lolos di gerbang utama), langsung berasa masuk dunia lain, turun ke bawah mengikuti jalur bebatuan asri yang terlindungi pohon-pohon rendah, jalanan turun menukik tajam setajam omongan tetangga, MasyaAllah asri banget.

 

Bangunan pertama yang terlihat di kanan jalan adalah rumah mini yang katanya bakal dijadikan rumah bibit. Cucok banget nih buat emak-emak yang hobi menanam bunga. Bukan sembarang bunga, di sini hanya disediakan bibit bunga yang mahal-mahal. Bukan cuma bunya mawar atau pucuk merah yang biasa ditemui di sepanjang jalan Lenteng Agung-Margonda, bahkan ada juga yang bibitnya langsung didatangkan dari luar negeri. Cuma karena ini baru akan dibuat, jadi fotonya belum tersedia, baru bangunannya doang. Sabar ya netizen.

Sejajar dengan rumah bibit, di kiri jalan ada bangunan kecil berbentuk curve membulat yang berisi kursi-kursi pelanggan. Tapi ini belum difungsikan sempurna, konon menurut sang pemilik tempat lucu ini bakal diisi dengan ‘gerobak’ mie kocok asli import dari Bandung. Jadi buat kamu yang penasaran sama mie kocok di Jalan Banteng, Bandung yang namanya kesohor sampe pelosok benua Afrika itu, bakal bisa juga dinikmati di tempat ini. Duh, gak sabar Guys!

Turun ke bawah sedikit, terhampar kolam renang yang membelah antara ruang lesehan dan café cozy. Ini cafenya bikin nyamaaannnn banget berlama-lama di sini, asal bayar makan aja sih.

Cafenya emang gak luas, tapi yang istimewa adalah suasananya. Ngopi lucu di pinggir kolam, atau di pojokan sambil memandang gunung menjulang. Ademmmmm

Menunya juga enak-enak kok, walau gak seberkualitas masakan level restoran atau hotel. Paling saya suka sih bakmie jamur dan mie kocoknya, kuahnya segerrrr. Minumannya juga punya banyak pilihan, nginep di sini jangan takut kelaparan.

Gak bakal berasa 10 jam duduk di sini bisa nemu banyak banget ide nulis, karena asri banget.

Duduk lesehan sambil menatap langit biru, yang sebentar-sebentar tertutup daun rindang karena angin kencang yang menerbangkan bunga cantik berguguran.


Menuju sore, suara ‘tonggereettt… tonggereeettt… tonggereeettt…” di atas pohon bersahutan, berasa banget ini di tempat yang jaauuuhhhhhhh dari kepenatan. Pikiran kosong, beban ilang, stress berkurang, bahkan lupa kalau harus bayar cicilan (emang gak punya juga sih).

Nah, ini belum seberapa Guys, masih ada ‘surga duniawi’ yang sesungguhnya di bawah. Café ini baru permulaan, awal dari semua kebahagiaan, ahzeekk.

Turun dari bangunan café dan kolam renang, terlihat dua buah villa yang berbentuk rumah papan full berwarna putih. Bangunan vintage modern yang di dalamnya justru semua kemewahan dan nuansa private bakal kalian dapatkan.

Villa ini didekorasi berbentuk rumah panggung, dengan anak tangga dari papan yang lucu, lengkap dengan kentongan zaman dulu. Masuk ke pagar rumah dari samping, justru yang tampak pertama kali adalah area dapur semi outdoor berdampingan dengan kursi untuk jamuan.


 

Masuk ke pintu utama, ada sofa lengkap dengan TV besar yang berada di satu area dengan tempat tidur. Semua ornamen putih bersih, lantai super adem, dengan hiasan unik dan modern sangat terasa di ruangan ini. Di sebelah kanan ranjang besar, ada pintu yang terkoneksi lansung dengan kamar mandi. Dan ketika dibuka, taraaaa… kamar mandinya mewah banget. Luasnya bahkan hampir sama dengan ruang tidur. Lengkap dengan shower, toilet, dan bathtub. Ruang makeup dengan cermin besar disediakan.

Di pintu sebelah kiri dari tempat tidur, ada pintu yang mengarah ke teras super private. Ini sih tempat paling juara buat nyari inspirasi. Ruangan semi outdoor dengan kursi dan tempat tidur kecil lesehaan yang langsung dipeluk pohon-pohon rindang, tanaman bunga dengan leher tinggi menjulang, seolah disulap jadi atap alami yang menaungi ruangan.

 

Anginnya segerrrr banget, kalau kita berdiri di pagar menatap ke depan semua rindang, menatap ke bawah hamparan bunga, disempurnakan dengan suara air sungai jernih yang mengikuti arus dan lekuk bebatuan di bawah sana. Surgaaaa….

Ya ampuunn berasa ingin balik jadi pengantin baru dan bulan madu di sini hihihi.

(Kalau kata suami, penganten lama juga betah sih)

Konon emang tempat ini sering dipakai para pengantin baru, atau para pekerja yang memilih menginap berhari-hari, bahkan sampai hitungan minggu. Emang bikin betah banget sih.

Move on ya dari villa super cozy ini.

Pagi-pagi mending jogging deh, track-nya mendukung banget. Jalan berliku meliuk naik turun mengikuti kontur tanah, dikelilingi bunga di sepanjang jalan. Lengkap dengan area kolam ikan, yang katanya bakal dibuat jadi arena semi outbond anak-anak buat mancing, aahh seru banget pastinya nanti.


Ohya, sejajar dengan villa-villa cantik, ada bangunan berbentuk joglo yang bisa dijadikan tempat serba guna. Dengan hamparan karpet rumput luas menghijau, cukup untuk menampung ratusan tamu private kalau kamu ingin mengadakan pesta pernikahan. (Pastikan calonnya udah ada ya!)

Joglonya super antik, bangunannya asli dibeli dari orang Belanda yang dibangun sejak tahun 1946, tanpa diubah, hanya dicat ulang.



Turun lebih bawah dari villa, ada hamparan taman bunga luas dengan beraneka ragam macam kembang warna warni. Di tengahnya ada area berbentuk bulat yang nanti bakal dijadikan spot foto yang instagramble abis, special buat tamu yang selalu eksis. Tunggu updatenya ya Gan, Sis.

Ada yang unik di bawah nih, ada sebuah bangunan bulat berbentuk sangkar burung raksasa yang nanti bakal dibuat coffee shop yang dilengkapi burung langka. Rencananya coffe shop ini akan didesain dengan nuansa bohemian lengkap dengan musiknya. Aseliii bakal cozy banget sumpah, can’t waitttt.

Belum berhenti sampai di sini, tepat di samping ‘calon’ coffee shop bohemian ini, semakin jelas deras suara air sungai yang mengalir dari puncak gunung. MasyaAllah nikmat mana lagi yang kau dustakan setelah melihat pemandangan ini.

Di pinggiran air sungai yang mengalir, bakal dibangun cottage riverside super private, nyaman, dan esklusif lengkap dengan jakuzi yang langsung mengarah ke sungai. Kebayang kan? Udah bayangin dulu aja, sambil cari pasangan buat bulan madu di sini nanti.



 

Ohya, ada satu info yang pasti tambah bikin ngilerrr, tepat di bagian atas bangunan ‘sangkar’ coffee shop, ada hamparan tanah membukit luassss banget yang akan didesain jadi area piknik. Yaaaay, gak kebayang serunya duduk di rumput hijau, dengan pemandangan alami di sepanjang mata jauh memandang.

Tiduran di rumput, memandang langit, sambil mengelus rambut pasangan, dengan suara arus air sungai yang eargasm dan menentramkan jiwa.

Iya, bayangin aja dulu. Tempatnya masih didesain. Sabar, sabarrr…

Buat yang suka meditasi, di pinggiran air mengalir ini juga disediakan tempat rindang mendatar dengan rumput hijau untuk yoga. Pejamkan mata, tarik nafas dalam, hembuskan perlahan, rasakan energi alam menyatu dengan pikiran. Sempurna dengan suara deras air yang sopan banget masuk ke telinga. Relax, santaiii.

Bocoran dari pemilik, sungai yang menyempurnakan tempat ini sudah dibeli dan bakal dibendung serta dipagar aman, untuk area bermain khusus untuk pengunjung Guys.

Huwaaaaaa, dapet villa pribadi, coffee shop cozy, gunung-gunung alami, hamparan taman bunga warna warni, lengkap dengan wisata air yang semuanya bisa didapat sekaligus. Gokil sih.

Kalau mungkin kamu pernah berkunjung ke Villa Dharma Residence di Umalas Bali atau minimal pernah lihat galerinya di website, pasti ngerasa kok ada mirip-miripnya. Suasana mirip, ornamen identik, namanya juga kakak - adik.

Yup, Villa Dharma Residence ini emang ada dua, satu di Bali dan satu lagi yang baru saja saya ceritakan adanya di Gadog, Puncak, Bogor. Mereka berdua saudara kandung, beda lokasi. Bapak-Ibunya tetap sama, kok, so, kenyamanan dan fasilitas yang diberikan pasti gak jauh beda. Cuma emang kalau di Bali lebih modern, semua fitur sudah dilengkapi dengan kecerdasan buatan atau artificial Intelligence (AI), sementara di Gadog, justru suasana vintage dan tradisionalnya sengaja dipertahankan.

So, kalian lebih suka yang modern atau yang tradasional?

Kalau belum mau terbang ke Bali, untuk menikmati segala bentuk keindahan, kenyamanan, keasrian, dan fasilitas super mewah ini, ya udah ke Bogor aja.

Cukup menjauh sekitar tiga kilometer dari Simpang Gadog, tempatnya ada di sebelah kiri jalan, belok tepat di samping Warung makan Ampera pertama, hanya beberapa tombak dari jalan raya. Deket banget dari bawah.

Kunjungi Villa Bundar, Salah Satu Villa Terbaik di Sentul

Ah gak sabar pengen semua fasilitasnya jadi, saya sih pasti bakal ngajak keluarga, teman, kenalan, mantan gebetan, rame-rame datang ke sini.

Penasaran sama tempatnya? Langsung aja search di Google Maps “Dhanoodle - Noodles & Coffee, Dharma Residence, Jalan Raya Puncak Km 72, Kmp. Cibogo, Ds/Kel Cipayung Datar, Megamendung. (Gadog)”.

Berapa harga sewanya, cek aja sendiri di AirBnB "Dharma Villa Collection at Gadog"

Sekitar 1.7 jutaan deh permalam. Ini sih terbayar banget dengan segala kemewahan alam sekitarnya.

Selamat liburaann


instagram.com/oseyostreetfood/

Akhirnya review makanan juga. Keliatan banget udah lama gak pernah jajan di luar.
Bisa dibilang sejak dunia dihantam Corona akhirnya ini pertama kalinya jajan di luar rumah lagi. Pun hanya di dalam komplek. Seperti biasa resto yang pertama dituju adalah Korean Barbeque. 

Dan, ya, ada Korean Street Food baru di komplek Grand Depok City, cuma selangkah dari rumah. Lumayan kan gak harus pergi jauh-jauh cuma buat makan daging panggang ala drama Korea.

Namanya Oseyo Street Food. Tempatnya emang gak besar, paling hanya cukup sekitar 10 keluarga kecil dalam satu waktu. Apalagi ketika suasana social distancing, gentian deh paling banyak 4 keluarga aja sekali makan bareng.

Pertama kali ketika melihat stand makanan korea kaki lima ini, pasti yang menarik perhatian adalah harganya. Terpampang di banner besar "Ber-4 Cuma Rp99.000", wah serius nih?

Sebagai emak-emak doyan makan dan penganut paham minimalis-ekonomis-modern, sudah pasti ini sangat menarik perhatian. Cobain aahhh

Akhirnya datang dengan suami, anak, dan pengasuh anak saya, pas dong ber-empat. Kirain emang harus berempat baru bisa dapet paket 99 ribu, kayak restoran BBQ all you can it lain. Ternyata tidak.

Di sini bukan restoran dengan menu all you can it. Kita emang bisa bebas pilih menu paket apapun, tidak berpengaruh pada jumlah tamu yang datang, tapi semua menunya sudah disiapkan per-porsi. Artinya kalau mau nambah ya bayar lagi.

Karena bawa suami yang porsi makannya unlimited, ya jelas dong nambah beberapa kali. Ehe.

Mulai review aja deh!




Exterior & Interior

Berhubung ini jajanan pinggir jalan, emang tempatnya pun berupa tenda street food aja, dihiasi lampu-lampu cantik bergelantungan di setiap titik tepian tenda.

Di dalamnya, tersedia beberapa meja dengan pilihan empat kursi terpisah atau dua kursi permanen. Dengan sudah tersedia kompor lengkap dengan tabung gas 3kg-nya di tiap meja. Iya. Pake tabung gas yang kalau becandaan gank saya sih “tabung gas rakyat subsidi.

Jangan ngaku orang kaya deh kalo di rumahnya masih pakai tabung gas hijau 3 kiloan. Di rumah saya juga begitu.

Karena street food ini letaknya tepat di pinggir jalan Boulevard Grand Depok City, beneran mepet ke jalan raya. Otomatis emang kudu extra sabar makan di sini, jangan berharap merasakan nuansa nyaman dan tenang (namanya juga street food). Hati-hati untuk keluarga yang bawa kecil super aktif, takutnya pas lagi enak panggang ayam, anaknya nyelonong ke jalan.

Perhatikan juga setiap spot kursim dan meja, harus benar-benar yakin bersih. Kalau masih berdebu panggil kakak waiters-nya untuk minta disemprot disinfektan dan dibersihkan berulang. Bukan cuma karena takut bekas pengunjung sebelumnya, tapi lagi-lagi karena ini resto pinggir jalan semi terbuka, udah pasti debu-debu gampang banget nempel di tiap sudut. So, be aware guys!

Tapi di sini disediakan juga wadah dan air buat cuci tangan kok. 


Menu
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, resto ini menyediakan paket makan berdua dan ber-empat khusus dine in. Kalau mau ada additional ya bayar menu tambahan, yang boleh refill sesuka hati cuma air putih sama lettuce doang. Lumayan lah makan daging sama sayur banyak lama-lama juga kenyang, hehe.

Untuk makanan utama, Oseyo menyediakan paket berdua dengan menu 1 porsi daging, 1 porsi ayam, dan 2 porsi nasi putih. Tentu include saus, sayuran, dan air putih ya.

Ada juga pilihan paket berempat yang terdiri dari 2 porsi daging, 1 porsi ayam, 1 porsi sosis, dan 4 mangkuk nasi. Untuk extra nasi dikenai biaya Rp3.000 aja.

Kalau menu paket masih kurang, tenaang, kamu juga bisa nambah menu daging sapi, ayam, udang, sosis, atau cumi. Harganya masih ramah di kantong kok, kalem.

Buat kamu yang suka ramyeon, bisa order dengan pilihan sup kimchi atau tulang sumsum. Harganya sama, cuma beda kuah, ditambah topping telur. Menurut suami saya sang pecinta ramyeon, rasanya sama kayak ramyeon korea semacam Shin Ramyun atau Gekikara Ramen, yang dijual di Ind*maret – Alf*mart gitu. Artinya tidak terlalu spesial secara rasa, tapi lumayan lah harganya juga gak mahal.

Kalau mau bawa ke rumah, bisa juga nih pesan Nasi Bulgogi yang emang khusus buat take away. Cuma saya belum nyoba, jadi, no comment.

Selain menu utama, ada pilihan side dish yang bisa juga buat camilan. Ada Kpop Chicken, Tteokbokki, Dimsum, dan Korean Fishcake. Harganya masih terjangkau banget, soal rasa, belum nyobain semua, tapi ya masih ramah di lidah Indonesia, alias belum ada Korea-koreanya. 

Pilihan minuman yang disediakan standard lah, ada Teh manis-tawar, Thai tea, Ovaltine Swiss, atau Aqua botol. Udah segitu aja.






Rasa
Jangan expect daging-daging di sini rasanya macam Wagyu, Australian beef ala Hanamasa atau Hachi Grill Guys, karena memang masih citarasa lokal semuanya. Mungkin bumbunya aja yang ada sentuhan ‘Kokoreaan’. Ayam dan daging yang disajikan sudah di-marinate dengan bumbu sejenis gochujang, ditaburi biji wijen dan irisan bawang daun.

Baca Juga Nih Shabu Hachi Margonda Depok, Enak, Lengkap
Tinggal nyalain kompor, panggang deh. sambil nunggu daging matang, bisa lah ngobrolin masa depan dulu sama pasangan. Kalo jomblo, ya berdoa aja mudah-mudahan ada customer lain yang tiba-tiba datang dan gak sengaja nyenggol meja, maaf-maafan, kenalan, langsung diajak ta'arufan. Oke baik kembali ke tentang rasa.

Rasanya dagingnya ya biasa aja, seperti kita beli beef slice di supermarket dan masak sendiri di rumah. Tidak terlalu istimewa tapi bukan gak enak juga. Intinya nothing special but worth to buy lah untuk harga segitu. Kalau masih kurang kenyang ya tinggal refill aja terus dagingnya sampe begah, dan minum air putih  mupung gratis sampe kembung.

Ohya karena ini bukan restoran all you can it, jadi gak ada batas waktunya juga. Ya tapi sadar diri aja kalau emang hidangan udah abis di meja dan gak order menu tambahan tapi masih duduk di situ aja. Geser kali bos, gantian sama yang lain, hehe.

Buat kamu warga Grand Depok City dan sekitarnya yang pengen nyobain makan Korean BBQ tenda kaki lima yang murah meriah, silakan datang ke:

Oseyo Korean Street Food
Ruko Aster, Blok C No. 25
Jl. Boulevard Grand Depok City, Sukmajaya, Depok
Buat yang di Bandung, ada juga di Setiabudi.
Restoran ini buka Selasa-Minggu : 3PM-9PM Senin Libur (area Depok) 11AM-9PM(BDG)

Kunjungi Resto All You Can It lain nih:
Yorichi, Makan Minum Sepuasanya Cuma Rp 100.000 di Depok
All You Can It BBQ "Jan-Je Sapi Depok" Cuma 99 Ribu
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Aya zahir

Aya zahir

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • Pride and Prejudice, Jane Austen. Roman Terpopuler Sepanjang Masa
  • 5 Snack Diet Murah di Indomaret, Alfamart
  • Body Care Review : Shower Scrub, Body Scrub & Brightening Body Lotion by Scarlett Whitening
  • Review : Body Scrub & Shower Scrub Coffee Edition by Scarlett Whitening
  • Kenapa Saya Resign dari Perusahaan Negara dan Pilih Kerja dari Rumah Aja

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2020 (47)
    • ▼  Desember (3)
      • Alasan Kenapa Beli Buku Bekas itu Menyenangkan
      • Berapa Bayaran Freelance Content Writer?
      • Begini Cara Milenial Membesarkan Anak Generasi Alpha
    • ►  November (1)
      • Villa Dharma Residence, Surga Alam Duniawi yang Te...
    • ►  September (3)
      • Oseyo Street Food, Korean BBQ Berempat Cuma Rp 99....
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (53)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2011 (51)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.