Ambilkan bulan, Bu!


"Ambilkan bulan, Bu!"
Ambilkan sesuatu yang tak mampu kau berikan, ajarkan aku mengikhlaskan sedari dulu, dengan begitu mungkin aku terbiasa dengan mudah menerima sesuatu yang memang bukan untukku.

Seharusnya begitu, ketika aku terbiasa merelakan hal-hal yang tak seharusnya ku miliki, mungkin saat ini aku tumbuh menjadi wanita yang tak terlalu rapuh. Sayangnya tidak, bahkan kau satu-satunya wanita yang cintanya melimpahpun tak sanggup menjanjikan apa-apa. Menjanjikan semua yang tak sanggup kau tepati dan yang tak mungin ku miliki.

Itu sebab aku terlalu lemah, mencintai seseorang dan tak bisa memilikinya terlalu menyakitkan, bu.
Aku terlalu biasa mendapatkan apa-apa yang menjadi keinginan, sejak dulu, bukankah begitu? Aku tidak bisa sekuat wanita-wanita lainnya yang tumbuh sempurna dengan kedewasaan mereka karena keadaan. Terluka sedikit, buatku terlalu sakit.

Aku benci kata 'seandainya', karena kata seandainya diucapkan ketika keadaan yang terjadi tak seperti yang ku harapkan. Seandainya sejak kecil aku di janjikan sesuatu yang tak memungkinkan “Kan ku ambilkan kau sepotong rembulan” misalnya, mungkin sepanjang hidupku aku akan terus terbiasa memiliki harapan yang aku tahu pasti memiliki sedikit sekali kemungkinan.
Ah, terlalu cengeng memang.

“Ambilkan bulan bu,” bolehkah aku meratap sekarang, seperti itu? Janjikan saja, meski aku tahu bahkan janji-janji itu sama sekali tak bisa menguatkanku.

0 Comments

Silahkan tinggalkan pesan di sini: