Tips Bijak Kelola THR Supaya Gak Cuma Numpang Lewat

 



Alhamdulillah, bersyukur buat para pekerja yang masih dapat rezeki tunjangan hari raya. Jangan kalap, THR itu peruntukkannya bukan hanya untuk foya-foya, justru bisa dijadikan ‘dana bantuan’ alias cadangan untuk menutupi kebutuhan yang gak ketopang sama pendapatan bulanan.

Tahun ini, tahun kedua ketika masyakat Indonesia gak bisa ke mana-mana, termasuk mudik juga dilarang. Sedih sih, tapi kan bisa silaturahmi online. Ambil aja sisi positifnya uang THR yang harusnya abis buat mudik di jalan mungkin bisa ditabung lebih banyak, iya kan?

Dan, kali ini saya mau sharing tentang bagaimana cara mengelola THR dengan bijak ‘ala keluarga saya’

Disclaimer : Tips ini bukan dari ahli keuangan, cuma otodidak cara saya sebagai ibu-ibu perhitungan, karyawan swasta dan freelancer cabutan yang kebetulan juga jadi bendahara rumah tangga. Jadi, gak usah terlalu diikutin banget juga ga apa-apa. Ehe.


Tunjangan Hari Raya atau gaji ke-13 itu datangnya setahun sekali, kalau gak bijak cara pengelolaannya pasti bakal cuma numpang lewat doang. Sayang kan?

Bagaimana cara keluarga saya mengelola THR lebaran tahun ini?

Saya pakai rumus 5 : 3 : 2

50% Dana tabungan dunia
30% Dana tabungan akhirat
20% Dana untuk membeli kebahagiaan fatamorgana

50% Tabungan dan Investasi

Budget ini dulu WAJIB dikeluarkan untuk ‘bantu’ bayar hutang atau cicilan, karena hutang di atas segala kebutuhan lain yang harus paling lebih dulu dibayarkan. Tapi berhubung post ini kosong alias nihil hutang, maka saya alokasikan 50% budget THR untuk investasi dan tabungan. Tabungan saya bagi lagi menjadi tiga, investasi jangka panjang, tabungan darurat, dan dana jalan-jalan :D

Lho tabungan untuk masa depan, bangun rumah, sekolah anak, dan uang buat beli tanah warisan mana? Lah, kan THR suami ada HEHEHE

30% Beramal

Iya sih emang lebih sedikit dari tabungan duniawi (ampun ngaku salah), tapi sejujurnya kebutuhan duniawi untuk modal sandang-pangan-papan-kuota internetan terlalu besar untuk dianggap kecil.

Dan, ya, 30% dari THR biasanya langsung saya alokasikan untuk dana amal. Entah itu wakaf, infak, sedekah, termasuk kirim orangtua di daerah lain yang gak bisa dikunjungi karena pandemi :’)

20% Hura-hura

Namanya juga manusia yang keinginannya masih banyak, pengen beliin baju anak yang lucu-lucu, vest baru, kerudung cantik, sepatu unik, tambahan skincare-an, beli kue lebaran, hasrat BBQ-an yang selalu muncul mingguan, dll, dsb, dst ya banyak lah yang semuanya hanya kebahagiaan sesaat duniawi tapi bikin senang.

Alokasi dana ini lebih kecil, dan sisaan dari keseluruhan dana yang sudah dikeluarkan. Tinggal bagi aja sesuai kebutuhan.

Ini adalah rumus pengaturan uang THR per-orang, artinya masing-masing saya dan suami dibedakan peruntukkannya.

Karena pak Suami adalah kepala keluarga, budget pengeluaran THR-nya beda, 50% tabungan dunia, 50% tabungan akhirat. Udah cukup itu aja.

Karena yang sering ingin foya-foya dan belanja tuh emang kebanyakan sih istri, itu kenapa saya gila kerja, supaya tuntutan keinginan dan pendapatan berbanding lurus, tidak besar pasak daripada tiang.

Harusnya dengan pengaturan dana yang bijak, gak ada kata THR numpang lewat. Semuanya sudah dialokasikan dengan benar. Kalau masih kurang, coba lihat kiri kanan masih ada banyak pintu untuk cari uang tambahan.

Baca juga Cara Menghasilkan Uang Tambahan di Tengah Pandemi

Alhamdulillah tahun ini saya bisa membuktikan, management waktu yang benar bisa meng-handle pekerjaan di lebih dari satu perusahaan (1 kantor utama, 3 tempat freelance) dan ke-empatnya membayarkan hak THR saya dengan pantas.

"Kalau dapat THR tambahan biasanya saya alokasikan untuk apa?"

50% tabungan dunia, 50% untuk akhirat. Kebutuhan lain sudah ada dananya sendiri-sendiri dari THR di kantor resmi.

So, kalau kalian gimana cara ngatur uang THR di rumah masing-masing?


0 Comments

Silahkan tinggalkan pesan di sini: