Mueeza


Ketika menulis ini, saya sedang harus merelakan salah satu anak kucing saya di rumah meninggal, hiks. Ini adalah kali ketiga saya kehilangan kucing-kucing kesayangan saya.

Dulu sekali, ketika duduk di SD kelas tiga pertama kali saya memiliki kucing lucu, saya beri nama “Sun” artinya matahari. Dengan bulu putih dan sedikit dipadu warna hitam di bagian badan, ekor dan telinga sebelah kiri. Sun, adalah anak ketiga dari kucing kakek saya. Ibunya gemuk, tapi anaknya kecil mungil, menggemaskan.

Saking sayangnya, saya ajak tidur sekasur. Meski kadang setiap pagi, saya baru tahu ternyata dia sudah kabur tidak betah saya selimuti. Seperti ibunya, yang sayang dan setia pada kakek saya. Sun, ikut setia ikut saya, belakangan saya pikir mungkin bukan karena setia tapi setengah saya paksa ikut kemana-mana.

Almarhum kakek saya adalah seorang yang rutin mendidik saya bagaimana merawat seekor kucing, naik kelas empat, saya diceritakan sebuah kisah bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan hewan kesayangannya.

Kakek saya cerita panjang, tapi saya lupa. Dan, bagian ini yang ia ceritakan berulang-ulang
“Rasul punya kucing yang diberi nama Mueeza, Beliau mencintai hewan lucu ini. Bahkan saking cintanya, ketika Mueeza tidur di atas jubahnya, Rasul memotong bagian lengan jubah hanya agar tidak ingin mengganggu tidur kucing kesayangannya. Ketika Nabi pulang, Mueeza bersujud di hadapan Muhammad SAW, dan beliau mengelus kucing kesayangannya tiga kali usapan”
Ini hanya sebagian kecil cerita Rasul dan kucingnya, ada banyak yang lain tapi ini potongan kisah yang saya suka. Betapa ternyata Nabi tercintapun mencintai hewan yang juga sangat saya cintai.

Si manis, nama kucing kesayangan kakek saya. Padahal wajahnya gak manis-manis amat juga sih. Dia hanya nurut perintah kakek saya, sedikit agak manja dan tahu ada orang yang tidak dikenal masuk ke rumahnya. Sedikit ada cerita, ketika saya menginjak kelas 1 SMP, kakek saya meninggal dunia. Dan, si manis jatuh sakit tak bisa pergi jauh dari tempat tidur alm kakek saya. Dua minggu setelahnya, si manis meninggal menyusul majikannya. Saya menyaksikan betapa si manis sangat mencintai kakek saya sebab paham tuannya memperlakukan dia dengan amat sangat baik.

Tapi cerita yang menyedihkan, justru jauh sebelum itu. Sun, kucing mungil kesayangan saya justru meninggal saat saya duduk di kelas empat. Ketika saya tinggalkan seminggu berkemah, dan ternyata dia tidak pernah pulang ke rumah ketika malam. Hingga saya pulang, sepertinya selama seminggu itu ia salah pergaulan. Dengan wajah yang tidak terurus dan lebih sering mengeong di atap rumah tetangga sebelah. Sepertinya sun sudah mengenal jatuh cinta, itu adalah saat paling menyebalkan. Sun, tidak berumur panjang. Kurang dari setahun bersama-sama dengan saya, dia meninggal karena kecelakaan.

Dan yang saat ini meninggal adalah, Cattie. Anak kucing berbulu kuning yang tinggal bersama ibu saya. Beliau bilang, Cattie sakit. Dan saya tidak sempat melihat untuk yang terakhir kalinya.

Di sini, itu sebab saya jauh lebih banyak galau sebab barangkali terlalu kesepian tidak punya hewan peliharaan. Saya takut bawa kucing masuk ke kost-an. Takut, tidak terawat dengan benar. Pergi kerja pagi pulang malam, bahkan lebih sering menginap di studio jika ada syuting malam #inicurhat. Lantas, bagaimana dengan nasib kucing saya kelak (._.”)

Tapi kecintaan saya pada kucing ini tak pernah bisa hilang, nanti jika sudah punya rumah hewan yang paling pertama kali saya bawa masuk adalah ‘Mueeza’.

6 Comments

  1. Aku juga dunk...dulu juga pernah aku ajakin bubu bareng di kasur...trus suatu saat dia hilang ntah kemana :(
    Kucing terakhir yang aku punya sangat sayang sama ibu, kalau ibu yang manggil, dimanapun dia, pasti datang. Saat ibu meninggal, kucing itupun (diduga) meninggal karena gaK pernah pulang lagi, padahal dia gak pernah begitu sebelumnya...:'(
    Sekarang cuma bisa main sama kucing temen, pengen punya sendiri tapi takut gak keurus... :(

    BalasHapus
  2. hiks, aya juga punya beberapa kucing, tapi sekarang di rumah ibu. Nanti kalo punya rumah sendiri aku kudu punya satu sedari kecil yang lucu.

    Didudukin nemenin setiap aku menulis, kayak Rasul sering taro Mueeza di paha beliau yang sedang duduk, aakkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huum, makhluk kecil itu memang pantas disayang...
      Lucyu bet >.<

      Hapus
  3. iyaa sama kayak aku lucuuu, makanya pantas disayang #eeeaaaa *dicium mbak Sari bertubi-tubi*

    BalasHapus
  4. wah gambar na bagus, cocok sama ceritanya,
    sun n cattie always in ur heart miss aya :D

    BalasHapus
  5. yakalii masa aku cerita kucing ku kasih gambar kuda, hahahaaa

    huumh, kucing memang selalu jadi kekasih kedua aku.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan pesan di sini: