GALAU III

Aku baru tau kalau setiap tautan para penyair dan pembuat kata2 bijak itu jarang dikomentari, bukan hanya karena mereka telah menyaring dan membuang semua balasan2 yang tak penting. Tapi karena tak ada yg sanggup membuat kata yg sejajar dengan mereka.
sayang, aku belum bisa sehebat itu, yang masih harus tersenyum masam dengan komentar2 konyol yang kadang tak mencerminkan bahwa apa yang ku tulis itu bernilai.
Terduduk di ayunan kayu tua, menerawang dengan segenggam cangkir berisi susu coklat hangat. Mimpi buruk itu datang lagi, kau beserta bayanganmu kembali hadir dihadapanku. Aku muak dengan ocehanmu, tak usah bersusah payah mempedulikan gadis buta sepertiku. Aku memang tak dapat melihat, tp aku bisa merasakan, dengan membiarkan gelasku kosong dan kau hanya diam saja, itu jawaban untukku atas kepura-puraanmu.
Aku adalah bunga bangkai, dan kau adalah tanah busuk. Kita tidak mati, tapi benar untuk sesuatu hal. Mereka adalah hujan, tak terlalu besar untuk dikatakan deras, dan tidak terlalu kecil untuk dikatakan gerimis. mereka tidak menjadi badai yang menghanyutkan, tapi benar untuk sesuatu hal. Benar ada di dunia ini, dan tak benar seperti apa yang kalian pikirkan.

1 Comments

Silahkan tinggalkan pesan di sini: