Duduk dgn secangkir teh dan roti genji. Memainkan pena di atas kertas, tak perlu komentar.
Aku benci politisi yg bermulut busuk,
persetan dgn pemuda yg berkonspirasi dan so idealis,
aku muak melihat pria pengecut mengemis cinta pd wanita yg jelas2 tak mnyukainya,
aku mengutuk wanita bodoh yg rela bunuh diri demi pria yg wajahnya pas2an.
Senja berubah gelap, sama seperti hatiku.
Tak usah pura- pura peduli padaku,
dengan melihat kau membiarkan gelasku kosong dan kau hanya diam saja,
itu jawaban untukku atas kepura-puraanmu
aku ingin muntah dihadapanmu, andai aku tak sadar
bahwa rotiku belum habis separuhnya.
mungkin lebih baik kau menjauh
bawa serta bayanganmu,
rasanya aku ingin menutup telinga agar tak mendengar ocehanmu
tentang kepedulian dan makna hidup.
Aku benci politisi yg bermulut busuk,
persetan dgn pemuda yg berkonspirasi dan so idealis,
aku muak melihat pria pengecut mengemis cinta pd wanita yg jelas2 tak mnyukainya,
aku mengutuk wanita bodoh yg rela bunuh diri demi pria yg wajahnya pas2an.
Senja berubah gelap, sama seperti hatiku.
Tak usah pura- pura peduli padaku,
dengan melihat kau membiarkan gelasku kosong dan kau hanya diam saja,
itu jawaban untukku atas kepura-puraanmu
aku ingin muntah dihadapanmu, andai aku tak sadar
bahwa rotiku belum habis separuhnya.
mungkin lebih baik kau menjauh
bawa serta bayanganmu,
rasanya aku ingin menutup telinga agar tak mendengar ocehanmu
tentang kepedulian dan makna hidup.
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: