Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio

Jujur, keputusan untuk meninggalkan perusahaan milik negara tuh bukan hal yang gampang. Apalagi di mata sebagian besar orang, kerja di “kantor plat merah” tuh kayak udah jackpot hidup. “Gaji aman, tunjangan jelas, pensiun ada, ngapain resign?” adalah kalimat yang sering banget mampir ke telinga.

Tapi di satu titik, saya ngerasa kok karir gini-gini aja, ya?
Bangun pagi, berangkat kerja, sampe rumah jam 6 sore, capek, nggak sempat ngapa-ngapain. Belum lagi di rumah harus tetap ngurusin dua anak yang masih butuh full perhatian. Sementara, passion dan hal-hal yang dulu bikin saya semangat kayak... pelan-pelan hilang.

Kegiatan di kantor itu, template, setiap hari cuma ngejar target, ngisi absen, ikut meeting yang kadang bahkan saya nggak ngerti apa isinya. Nggak ada ruang buat berkembang, ide sering mentok karena terlalu banyak birokrasi.

Sementara di luar sana, saya lihat beberapa orang mulai bangun karier freelance, bikin bisnis kecil-kecilan, kerja dari mana aja, bahkan kerja di taman sambil bawa anak-anak juga bisa. Pasti tetap capek, iya. Tapi mereka punya pilihan. Mereka kerja sesuai pace dan gaya hidup yang seimbang.

Dan saya mau begitu juga.

Oh, ternyata gini Cara Menghasilkan Uang Tambahan di Tengah Pandemi

Momen “Aha!” dan Berani Ambil Langkah

Waktu pandemi 2020 lalu, saya sempat WFH karena kebijakan perusahaan. Dan di situ mulai 'ngeh saya bisa kerja lebih produktif, lebih fokus, dan lebih waras. Nggak harus buang waktu di jalan, nggak harus pura-pura semangat di depan atasan. Saya jadi punya waktu buat belajar hal baru, ikut kelas online, dan mulai ngerjain side project yang udah lama saya impikan.

Lama-lama, side project itu mulai menghasilkan. Nggak fantastis, tapi cukup buat anak-anak jajan dan liburan tipis-tipis. Di situ mulai kepikiran "kalau diseriusin, bisa kali ya ini jadi kerjaan utama?"

Dengan dukungan keluarga terdekat, akhirnya resign adalah keputusan terbaik yang saya ambil selama hidup saya. 

Baca juga Mau Jadi Freelance Writer, Apa yang Harus Dilakukan Pemula?

Kerja dari Rumah: Nggak Sesantai Itu, Tapi Lebih Bermakna

Bekerja dari rumah itu bukan berarti leha-leha, kerja asal-asalan, meeting sambil dasteran. Nyatanya, saya kerja lebih keras dari sebelumnya. Tapi bedanya, sekarang bisa kerja sesuai mimpi. Bisa atur waktu, pilih klien yang disukai, dan belajar hal baru tiap hari.

Yang paling penting saya merasa semangat berkarya balik lagi. Saya bisa makan bareng keluarga tiap hari, olahraga rutin, bahkan ngejalanin hobi yang dulu cuma jadi wacana.

Keputusan resign ini bukan berarti saya anti kantor atau anti sistem. Tapi saya percaya, tiap orang punya panggilan dan gaya kerja yang beda. Buat saya, kerja dari rumah bukan cuma soal fleksibilitas, tapi soal hidup yang lebih utuh dan selaras sama apa yang saya percaya.

Jadi buat kamu yang lagi galau soal karier, coba mulai dengarkan kata hati sendiri. Pilih prioritas dan utamakan buat keputusan bersama sesuai hasil diskusi dengan keluarga,



Hidup adalah pilihan, memilih A atau B; kiri atau kanan; atas atau bawah; baik atau buruk; prasangka atau kenyataan. Kita hanya harus berjalan tanpa berhenti, dari satu masalah ke masalah yang lain.

Dengan mencari jalan keluar berdasarkan pengalaman, perasaan, bisikan hati, akal sehat, dan banyak kemungkinan yang akhirnya kita memilih salah satu di antara yang lain.

Hidup selalu memiliki banyak opsi, dan nasihat ibu selalu menjadi pilihan terbaik yang di tangan beliau selalu ada jalan akhir dari teka teki yang kerap membuat bingung dan melelahkan.

Allah menjadikan sosok ibu sebagai satu-satunya manusia yang 'hanya dengan kehadirannya, seberat apapun hidup, dunia kita selalu baik-baik saja'.
Tanpa Ibu... saya kehilangan kunci jawaban dari banyak pertanyaan.
2000
Sejak kecil, saya terbiasa memutuskan semua masalah sendirian. Menentukan pilihan hidup tanpa intervensi orang lain.

Memilih lanjut sekolah atau menikah muda dengan juragan kaya raya, mati-matian mengejar beasiswa untuk menghemat biaya, mengambil jurusan kuliah yang tidak direstui banyak keluarga, menikah dengan pria A, satu di antara tiga laki-laki yang membingungkan pada awalnya.

Dan di antara semua keputusan yang saya ambil, tidak ada satupun pilihan akhir yang ditentukan tanpa persetujuan IBU.

Saya bukan orang yang mudah berdiskusi, tidak suka banyak kompromi, malas berdebat karena perbedaan pendapat. Saya terbiasa diam untuk berperang melawan ego saya sendiri. Menimbang salah satu pilihan dari banyak kemungkinan yang harus diambil sebagai jawaban.

Itu sebabnya kemampuan 'mendengar' dan empati saya tidak terlalu baik. Saya lebih suka berbicara, memberi pilihan di antara dua jalan. Tanpa ada persimpangan lain yang membingungkan.

Jika saya ragu, saya cenderung tidak pernah memberi pendapat apa-apa. Karena ketidaktahuan hanya menjadikan pernyataan saya tampak konyol, berbicara banyak namun kosong.

Saya merasa selama ini hidup saya mudah. Berjalan tanpa ragu, sampai tiba di banyak persimpangan, berhenti sejenak untuk memutuskan sisi mana yang saya pilih dan saya persempit kemungkinannya. Kemudian saya mengetuk pintu IBU, memberi dua pilihan di antara sekian banyak jalan.

IBU, selalu menjadi kunci jawaban. Pilihan beliau hampir tidak ada satupun yang keliru. Apapun yang beliau pilih, pada akhirnya itulah yang terbaik, setidaknya untuk hidup anak-anaknya.

Pernah baca tulisan Tentang Pernikahan saya? Bisa baca di sini juga yaa.

2025
Setelah menjadi seorang IBU, saya semakin memahami bahwa kehadiran beliau lebih penting dari sebelumnya.

Ketika pasangan hidup adalah seseorang yang di tangannyalah pintu surga saya ditentukan. Maka kehadiran ibu, mempermudah saya untuk mendapatkan kunci untuk membuka pintu tersebut tanpa banyak kesulitan.

Ketiadaan Ibu, membuat saya lebih lama mencari jalan. Mengambil keputusan dari banyak persimpangan. Menjadi istri, pasangan, ibu dan manusia yang baik tanpa panduan. Selama ini saya merasa hidup saya 'lebih mudah' karena kehadiran beliau.

Tanpanya, saya lebih cepat lelah dan lebih sering berhenti hanya untuk menerka-nerka "Kalau Ibu ada, kira-kira ibu akan pilih yang mana yaa...".

Ibu, mulai saat ini saya harus menentukan pilihan sendiri. Berusaha keras untuk mensejajarkan langkah agar bisa jalan berdampingan dengan pasangan hidup saya, membantunya mencapai tujuan akhir dari perjalanan hidup yang terasa berat.

Saya akan berjalan tanpa berhenti, bersama seseorang yang sangat ibu sukai.

IBU...
Terima Kasih, sudah menjadi IBU untuk saya di dunia yang melelahkan ini.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Aya zahir

Aya zahir

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • Pride and Prejudice, Jane Austen. Roman Terpopuler Sepanjang Masa
  • 5 Snack Diet Murah di Indomaret, Alfamart
  • Body Care Review : Shower Scrub, Body Scrub & Brightening Body Lotion by Scarlett Whitening
  • Review : Body Scrub & Shower Scrub Coffee Edition by Scarlett Whitening
  • Kenapa Saya Resign dari Perusahaan Negara dan Pilih Kerja dari Rumah Aja

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (1)
      • Kenapa Saya Resign dari Perusahaan Negara dan Pili...
    • ►  Maret (1)
      • Tanpa Ibu, Hidup Menjadi Soal Pilihan Ganda... Tan...
  • ►  2023 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (47)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (53)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2011 (51)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.