Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio


“Belok kiri atau kanan?” Tanya suami saya
“Kiri…” Jawab saya yakin
Ketika hendak belok, saya stop, “Bukan ke situ, ke sana (menunjuk arah sebaliknya)”
“Itu kanaannn sayaangggg” geram suami saya
“Iya maksudnya kanan” Saya cuma nyengir seperti biasa. Dan suami saya cuma geleng-geleng kepala, seperti biasa.

Sejak awal kenal, sampai menikah kejadian ini sering banget dialami. Kekinian, gak pernah lagi. Karena suami saya tidak pernah lagi menanyakan arah “Kiri atau kanan”, biasanya dia lebih menunjuk dengan jari, ke arah ini atau sebaliknya.

Selain suami, yang sering jadi 'korban' salah navigasi dari saya adalah, abang ojek. Maksud hati suruh belok ke kanan, eh bilangnya "ke kiri, Pak...".

Bukan perkara sepele, karena gak jarang salahnya penunjuk arah yang saya ucapkan berbahaya ketika di perjalanan. Kebayang kan, ketika nyetir, maksudnya disuruh belok kiri ternyata kanan, harus rem mendadak dan banting setir dadakan juga. Ngeri banget.

Ada apa dengan saya?

Sejak kecil ternyata saya mengidap left–right discrimination (LRD), salah satu kondisi tidak bisa membedakan kiri dan kanan dengan respond cepat. Saya sulit menentukan arah ketika ditanya dadakan atau diarahkan. Maksud di otak saya ke arah kiri, tapi ucapan spontan yang keluar dari mulut saya bisa benar, bisa juga sebaliknya.

Apakah ini berbahaya?

Berbahaya ketika jadi navigator atau petunjuk arah buat orang lain. Selain hal buruk seperti kecelakaan, bisa juga menyesatkan.

Setelah saya baca dan cari tahu secara medis, kelainan ini dikenal dengan istilah left–right discrimination (LRD), kesulitan untuk menentukan arah kiri dan kanan. Hal ini terjadi karena adanya hambatan pada kompleks neuropsychologic process yang bekerja untuk me-recall kemampuan fungsi yang lebih tinggi termasuk visuopasial, memori, bahasa, dan integrasi informasi sensori.

Dan ternyata, ada beberapa orang yang mengalami kelainan ini. Terutama paling banyak terjadi pada perempuan.

Saya sendiri bukan tidak tahu mana yang kiri dan mana arah kanan. Hanya kesulitan ketika harus menentukan sebuah gerakan atau menunjuk arah. Ada paksaan dua kali kerja otak yang lebih keras untuk berkonsentasi dan memutuskan ini arah kiri atau kanan.

Belum tahu bagaimana cara melatihnya, karena ketika fokus dan konsentrasi saya juga bisa menyebut arah dengan baik dan benar.

Hal paling menyulitkan buat saya pribadi adalah, ketika harus membawa kendaraan sendiri. Mungkin ketika jalan di jalan lurus dan harus berbelok kanan atau kiri sih gak bingung, karena masih bisa mengandalkan feeling. Tapi ini terasa sulit ketika di tempat umum dan saya harus parkir, apalagi mundur. Antara sinkronisasi otak dan gerakan tangan saya mengendalikan setir selalu berlawanan. Dan kadang stress sendiri, karena salah arah.

Paling sulit lagi ketika diarahkan juru parkir yang teriak “kiri, kanan, balas kiri, balas kanan…” saya harus konsentrasi penuh dan tiga kali lebih banyak memaksa otak untuk mengsinkronkan antara mendengar suara abang parkir, menggerakan setir, dan memahami ini maksudnya ke kiri atau kanan ya.

Iya, sesusah itu. Ada yang pernah mengalami hal ini? Atau mungkin punya teman dan kenalan yang punya gangguan seperti ini?

Notes : Bisa baca-baca beberapa pengertian  left–right discrimination (LRD) dan metode yang bisa digunakan untuk membantu diagnosa kelainan ini :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5881360/#B29




"If I show you a way, will you do it?"

We live in a society where nobody wants to get out of their comfort zone. But I'm not.

Since I liked books, reading, and writing, I was encouraged to consider the related field beside my prime job. And it’s been 10 years ago since I started as a blogger.

Is blogging worth it? YES!

Because I do it the right way and I know how I can make sure it pays off.
Throughout those 10 years I also broke ground and grew my business to a height I never imagined, as a freelance writer.

Why freelance writer?

I love writing with a passion, I get to be my own boss, I can work from home, and I get paid.

These are three platforms that I use to earn money from freelance writer, as a beginner.

  • Blogging
Like any business venture, online income takes time to grow, I know that starting a blog can seem overwhelming and tiring. But we can start a successful blogger.

I spend a few hours a week writing and post my article. I’m not sure about monetize CPC or CPM ads, I just through placing google AdSense and simply place the banner on my site.

Besides, my quickest way to earn some good cash from my blog is a Sponsored post. I can talk about products or brands that readers would be interested in like cosmetics, books review, any topic that I’m passionate about.

Fees vary between $4 - $10 per-post depending on the type of placement or client. I’ve worked with clients throughout Indonesia, Singapore, and Malaysia. I negotiated higher pay for myself when I knew I deserved it.

  • LinkedIn
I have always loved making connections with other people, and LinkedIn is the "world's largest professional network" for professionals. Offering a suite of services for job seekers, recruiters, and employers.

LinkedIn is my favorite social media tool to help me grow my network and find new opportunities to develop, hands down!

I have my profile completed, and LinkedIn feeds relevant content on my profile page. LinkedIn is packed with recruiters for all different industries and I’ve totally received multiple job offers through LinkedIn as a content writer.

If you want to get a job for LinkedIn, make your profile stand out at the perfect fit for the role, and build your network and never stop added relevant connections.

  • Fastwork
Do you know Online freelancing platforms like Upwork, Freelancer, fiverr, or Fastwork?
Freelance platforms exist to help connect freelance workers with potential gigs. And I have worked as a freelance writer in Fastwork.

In fastwork freelancers can use the site to search and apply for positions for free. You just need to pay 10% taxes per job.

Baca Juga Cara menghasilkan uang dari Fastwork

Because a freelance writer is not my priority job, I’ve proactively chosen to make my scope of potential clients narrow. I accept a project that matches my niche and the desired level and I can attach extra services to gigs for more money.

If you want to make some extra money, freelance sites can help you find the work you're looking for.

There are many other creative ways to make money as a freelancer. You’ll find thousands of ways you can use for inspiration.



Memasuki bulan ke-empat sejak diberlakukannya system work from home atau bekerja dari rumah selama Indonesia darurat pandemi corona. Bumi belum aman, lingkungan perkantoran tempat saya bekerja juga.

Bagaimana kondisi waktu selama bekerja dari rumah? Semakin sibuk atau lebih santai?

Saya bekerja di sebuah perusahaan digital yang sejatinya bisa bekerja dari mana saja. Tapi, ketika bekerja itu harus di rumah aja, lumayan melelahkan di minggu awal WFH.

Bagaimana tidak, ketika seorang ibu harus melakukan banyak pekerjaan sekaligus, tugas kantor, mengurus rumah, memastikan sarapan pagi anak dan suami, mengerjakan deadline klien sebagai pekerja freelance writer.
Sudah pasti antara tangan, kaki, mata, kepala, dan hati bercabang banyak setiap hari.

Pusing? Iya. Lelah? Banget. Tapi seru dan lama-lama terbiasa dan saya berharap ngantor kapan-kapan aja, ketika diperlukan, ketika membutuhkan.

Bagaimana cara saya mengatur semuanya?

Setiap malam saya membuat list pekerjaan apa yang akan saya lakukan keesokan harinya. Mana yang paling prioritas untuk didahulukan, mana yang bisa disambi, mana yang harus segera dikerjakan setelah pekerjaan utama selesai.

Saya terbiasa menulis menu makanan yang akan dimasak keesokan harinya. Setiap pagi, sudah tahu akan belanja apa, masak apa, dan mulai dari jam berapa. Jangan sampai waktu untuk memasak, bentrok dengan urusan pekerjaan.

Sebagai perempuan multi-tasking, tentu saja masih butuh hiburan, entah ikut kajian online, tausiyah di Youtube, nonton drakor di viu, dan harus tetap workout biar badan tetap oke. Semua waktunya saya bagi setiap hari biar semuanya sempat.

Saya tulis semua list pekerjaan, lengkap dengan waktu pengerjaan.

Start pekerjaan kantor di jam 5 pagi, memastikan semua to do list hari ini terselesaikan dengan rapi.

Dua jam berikutnya, sudah mulai mengerjakan urusan dapur. Pekerjaan dapur itu enaknya bisa disambi, masak sambil mencuci baju, atau sambil mendengar tausiyah di youtube. Sarapan siap, rumah rapi, anak sudah wangi, perut kenyang dan main dengan happy.

Dua jam setelahnya, bisa kembali recheck urusan kerjaan kantor. Sampai memasuki jam istirahat.
Di jeda istirahat ada banyak waktu untuk nidurin anak, ngajarin berhitung, sampai nonton drama korea sambil rebahan.

Memasuki jam produktif pekerjaan lagi, meeting virtual, selesaikan semua PR, update report dan lain-lain dan sebagainya.

Sore menjelang malam, di jeda jam kosong. Biasanya saya habiskan 1 jam untuk workout, maskeran, ngobrol ini itu sama pasangan, sambil mendampingi anak main itu dan ini.

Karena jadwal kerja saya masih harus sampai jam 9 malam, ada banyak jeda waktu luang yang bisa digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sambilan. Kalau ada banyak PR artikel, copywriting landing page atau content social media klien, ya dikebut di situ. Kalau gak beres, saya selesaikan dini hari besoknya.

Setelah Menyusun semua jadwal pekerjaan dengan rapi. Ternyata semua bisa diselesaikan dengan baik kok.

Tanggungjawab kantor selesai, bisa main sama anak full time, rumah bisa rapi, masih masak makanan sendiri, dan uang freelance-an masih ngalir setiap hari.

Ohya, jangan gengsi minta bantuan suami. Si dia pasti mau bantu dengan senang hati, bisa bantu ajak main anak, atau bahkan bantu gotong royong ngepel atau bikin makanan ringan.

Working mom selama work from home, seseru itu.



Anak sosmed mana kamu?

Social Media atau Media Sosial dalam Bahasa Indonesia berarti sebuah interaksi kemasyarakatan (sosial) di dalam sebuah wadah (media). Artinya ada tempat untuk berinteraksi, dalam hal ini medianya berupa platform online.

Kenal dong sama Facebook, Instagram, Twitter atau LinkedIn?
Bisa jadi kita semua punya akun di semua platfrom yang saya sebutkan barusan. Terutama generasi milenial, generasi yang dimulai dari kelahiran awal 80’an sampai pertengahan tahun 90’an.

Termasuk saya. Saya memiliki akun di semua platform Facebook, Twitter, Instagram, dan LinkedIn.

Tapi nyadar gak sih, ketika kita menjelajah ke timeline masing-masing platform, ada perbedaan yang sangat besar ketika kita membandingkan di antar ke-empatnya.

Bukan cuma perbedaan halaman antar muka, logo, fitur, tampilan, tapi juga typical manusia-manusia yang punya akun di sana.

Dan yang akan saya soroti, tentu saja bukan hanya jenis tampilan atau fitur, lebih dari itu. Secara fungsi dan perilaku para penggunanya pun sangat terasa bedanya.

Kalau mungkin kalian anak aktif Facebook, coba deh main-main ke timeline Twitter. Pasti ngerasa asing dan aneh. Atau jangan coba-coba lontarkan jokes receh ala anak twitter di kolom komentar Instagram, bisa-bisa kalian diserang karena salah kamar.

Yup, beda social media ternyata beda cara mainnya.

Jadi, "Anak sosmed mana kamu sekarang?"

Sebelum kita bahas keseharian, ada baiknya saya beri sebuah pengantar tentang media sosial yang pernah saya baca menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein.

Definisi media sosial menurut Kaplan dan Haenlein adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran "user-generated content".

Menurut Kaplan & Hanelein, ada beberapa jenis media sosial, empat di antaranya yang berfungsi sebagai:

Collaborative projects
Media sosial yang dapat membuat konten dan dalam pembuatannya dapat diakses oleh khalayak secara global.
Contoh : Wikipedia, Wiki Ubuntu-ID, wakakapedia, dll

Blogs and microblogs
Dapat membantu penggunanya untuk tetap posting mengenai pernyataan apapun sampai seseorang mengerti
Contoh : Blogger, WordPress, Twitter, Tumblr, Kaskus, dll

Content communities
Aplikasi yang bertujuan untuk saling berbagi video atau gambar dengan seseorang baik itu secara jarak jauh maupun dekat
Contoh : YouTube, Vimeo, Flickr, dll

Social networking sites
Situs yang membantu seseorang untuk membuat profil dan menghubungkan dengan pengguna lainnya
Contoh : Facebook, Instagram, Friendster, LinkedIn

Dari tujuan diciptakannya pun social media memang sudah beda fungsi. So, gak heran kalau perilaku user-nya pun berbeda-beda. Meski kekinian, hampir semua social media dibuat jadi wadah untuk CURHAT colongan, hehe.

Bagaimana saya membedakan ke-empat social media ini berdasarkan fungsi sehari-hari?

Facebook

Saya mulai dari Facebook, social media pertama yang saya buat sejak 2008. Dibuat untuk berbagi status aktivitas atau feeling keseharian. Di awal tidak ada faedahnya sih selain nyari teman sebanya-banyaknya. Update status alay, posting foto, atau saling berbagi komentar dengan teman baru. 

Kekinian saya alih fungsikan Facebook jadi alat untuk sekadar ‘punya akun’, tidak ada postingan apapun. Tapi saya aktif mengikuti banyak komunitas atau grup. Mulai dari komunitas blogger, penulis freelance, ibu produktif, group jualan area Jabodetabek, sampai grup penyewaan apartement di luar negeri.

Semua grup yang saya butuh untuk mencari informasi, saya temukan di Facebook. Bukan lagi berbagi aktivitas keseharian atau upload foto selfie.

Twitter

Di awal tahun 2010-2012, saya pernah jadi ‘anak twitter banget’. Tiada hari tanpa cuitan, tentang apapun. kebanyakan tulisan pendek bentuk puisi, kata bijak, dan berbalas retweet dengan teman baru. Seru. Tapi memang tidak pernah difungsikan untuk posting foto apalagi jualan product.
Kekinian akun saya sudah hidup segan mati tak mau. Tapi masih ada 1 hal yang bisa difungsikan, share link blog. Setelah saya menulis blog, saya bisa promote link di twitter. Simple.

Instagram

Aktif di Instagram sejak Oktober 2013, tidak banyak yang diposting selain foto pribadi dengan caption gak nyambung. Hits pada masanya hehe. Kemudian beralih fungsi sejak menikah dan punya anak. Instagram saya buat sebagai microblog untuk membuat tulisan pendek, tentang parenting, lifestyle, kehidupan pernikahan, perasaan dan lain-lain dan sebagaianya. Instagram juga kadang saya jadikan tempat untuk scroll timeline para penjual olshop, terutama review skincare. Sudah.

LinkedIn

Gabung di platform ini sejak 2015. Tapi mulai aktif, rajin buka dan bersih-bersih following followers justru di awal 2020. Saya merasa ini adalah salah satu media yang paling saya butuhkan dan paling sesuai untuk saat ini.

LinkedIn tempat di mana para professional berkumpul, semua yang di-share tidak ada satupun yang tidak berfaedah. Kita bisa memfilter semua info yang hanya ingin kita dapatkan. Terutama info karir.

Yup, jangan harap ada di sini melihat review skincare, joget alay macam anak Tiktok, jualan baju online, apalagi curhat masalah kehidupan ‘duh anakku udah bisa ngapain’ di sini.

Saya menjura pada Reid Hoffman dan Jeff Weiner yang sudah menciptakan wadah jaringan professional yang dikhususkan untuk para pekerja. Hanya ini satu-satunya platform yang paling membuat saya betah berlama-lama buka.

Untuk sekadar mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, ilmu dunia kepenulisan, link berbagai komunitas, para professional yang berbagi ilmu gratis, terhubung dengan teman dengan update pekerjaan mereka, mengetahui background pekerjaan dan Pendidikan orang lain. Bisa memahami karakter dari apa yang sudah mereka kerjakan selama ini. Memandang orang dari profesi mereka, bukan dari status sosial apalagi kepo dengan keseharian orang lain.

Baca Juga Etika bersosial media jangan (gak) baperan

Memasuki usia yang sudah tidak lagi muda, dan sudah menghabiskan masa belasan tahun pernah jadi ‘alay’ di sosial media. Faktanya sekarang saya jauh lebih membutuhkan segala hal yang paling berfaedah untuk karir dan kehidupan saya.

Tidak pernah peduli dengan apa yang orang lain lakukan, kehidupan pribadi mereka, apalagi iseng melihat isi WhatsApp atau Instagram story seseorang yang bukan siapa-siapa saya.

Siapapun bisa berselancar di social media, bisa melakukan apapun, cerita apapun, posting apapun, komentar apapun, melihat kehidupan orang lain tanpa privacy. Tergantung siapa yang mengaksesnya.
Saya memilih untuk tidak begitu peduli, berusaha bersosial media sesuai dengan fungsi platfrom masing-masing. Seperti ini, saya menulis di blog pribadi, untuk diri sendiri. Jika ada teman yang baca dan suka, terima kasih.

Jangan lupa kunjungi LinkedIn saya di Siti Aisyah Ayya Az Zahir.
Di sana hanya ada para professional, dijamin gak ada alay, bebas dari sista-sista yang spam ‘peninggi, pemutih, pelangsing-nya kakak’, apalagi emak-emak curhat masalah pribadinya.



We are living in an era when using social media has become a habit. Whatever happened to us or near us can be used as content. And sharing a baby’s photo is the currency of the new mom, like me.

Two years ago, I always posted my kid’s photo to social media like Instagram, Facebook, or whatever. I was just thinking about I’m proud of my baby, I want to stay connected with friends and family. 

When my baby was born, when he can be counted with his fingers, his first stepped, and another moment I wanted to share.

But, I had read an article that “breaks down the ways of sharing about a child on social media may potentially harm our child”

And I have a question "Have I asked myself before hitting publish my baby’s photo?”

And these are reasons not to post about your child on social media, according to Common Sense Media:

1. Posting on Social Media Can Invade Your Child's Privacy.

While young children might not give any thought to what their parents share about them on social media. But that may not stay true as they grow older, They may start to feel embarrassed about the content their parents post about them on social media.

And can also make children feel like they don’t have ownership over their own bodies or own values.

2. Your Social Media Posts Might Be Used for Bullying

Others may be able to use that information to make fun of, insult, and even bully my child as he grows older.

3. Social Media Messaging Could Impact Your Child's Future.

I should consider how my photos and stories may impact my kid when he’s much older, even an adult.

4. Sharing Puts Your Child at Risk for Digital Kidnapping.

Digital kidnapping is a type of identity theft. My child’s photos can also be kidnapped for baby role-playing. I can easily lose control over my child’s identity when I publish information about him online.

5. Your Social Media Posts Might Attract Dangerous People.

Do you know, Photos and videos of children shared by their parents on social media sometimes turn up on disturbing websites some of them dedicated to child pornography.

And the last reason is The Evil Eye and Protection Against it.

Do you know about al-‘ayn in Islam? What is the evil eye?

The evil eye refers to when a person harms another with his eye. It starts when the person likes a thing, then his evil feelings affect it, through his repeated looking at the object of his jealousy.
The Muslim has to protect ourself against the devils among the evil jinn and mankind, by having strong faith in Allah and by putting our trust in Him and seeking refuge with Him and beseeching Him.

And that can happen because of our social media posts.

Paul Davis, a social media and online safety educator says that "when it comes to posting photos of children online, parents should ask themselves the purpose of posting the photo."

For one, I love that person interested in my kid, but who cares?
I would have posted are the people I really care about and who really care about me and my son. So, I only sharing photos of my kid with a family private group.

And right now, you probably won’t find any pictures of my son, in social media or just in WhatsApp story.

I always ask my son what he is comfortable with and take some precautions. And I keep the pictures to my self and I decide not to share.

I know I am, and that’s not only because of his privacy, but I think it’s because of mine.


 Whitelab, not your ordinary skincare!

Pernah dengar product Whitelab? Wajar sih kalau belum familiar, product face care dan body care ini memang baru meluncur Maret 2020 ini. Masih anak bawang di dunia per-skincare-an duniawi. Tapi jangan salah, meski umurnya masih seumur jagung product ini sudah dapat sambutan positif di masyarakat sejak pertama kali diperkenalkan.

Bahkan, Whitelab mengklaim bahwa mereka sudah berhasil menjual ratusan paket setiap hari. Gokil sih.

Kira-kira apa alasannya?

Alasan pertama, kandungannya
Yup, embel-embel nama Niacinamide dan Collagen memang selalu mencuri perhatian para beauty reviewer atau influencer. Buat yang mungkin belum paham banget, Niacinamide (Vit. B3) atau Nicotinic Acid ini memang punya segudang manfaat untuk kulit wajah seperti: membuat kulit lembab, memperbaiki kulit yang rusak, menyamarakan noda hitam atau flek, garis halus dan keriput di wajah. Satu manfaat lain yang paling popular dari kandungan ini adalah kemampuan mencerahkan dan bikin kulit elastis.

Sementara collagen, semua mungkin sudah ngerti tugasnya bikin kulit wajah elastis, kenyal, dan mencegah tanda penuaan di kulit.

Dua kandungan ini emang digilain banget sama cewek-cewek pecinta skincare. So, gak heran dong ketika ada sebuah produk dengan dua kandungan inti dari semua yang dibutuhkan kulit. Pasti rame-rame diserbu.

Alasan kedua, review beauty influencer
Kalau kalian rajin searching di Youtube atau Instagram para beauty vlogger / influencer, sudah banyak yang review skincare Whitelab ini. Dan review-nya emang bagus-bagus. Jelas dong, ketika produk sudah diberi ulasan oleh seseorang yang menginspirasi sudah pasti para pengikutnya bakal ikut nyoba. Meski balik lagi kalau produk skincare itu gak semua hasil di wajahnya sama. Ada istilah ‘cocok-cocokan’ di kulit pemakainya.

Alasan ketiga, harga affordable
Ini alasan paling masuk akal kenapa produk ini rame banget diserbu cewek-cewek. Harganya gak bikin kantong jebol atau gak jajan sebulan. Untuk sebuah product yang lagi hits, review bagus, kandungan melimpah ruah, dengan harga yang gak sampe seratus ribuan sudah pasti dilirik siapapun. Termasuk saya.

Sudah jelas alasan kenapa saya membeli product ini, ya karena tiga alasan di atas.

Sekarang bagaimana dengan hasilnya?
Baru beberapa hari saya pakai rangkaian product Whitelab, Facial Wash, Face serum, dan Day cream. Saya memang jarang beli 1 product satu paket sekaligus. Selain karena harus mencoba cocok atau tidak, rangkaian skincare lain seperti night cream dan toner yang saya pakai sekarang memang tidak ada masalah. Belum saatnya ganti untuk sekadar ‘nyobain’.

Review singkat yang bisa saya tulis tentang product Whitelab ini adalah:

image by Whitelab

Brightening Facial Wash Rp 34.00
Isi 100 gr, dengan harga kurang dari Rp 50.000 ini cukup besar sih. Sesuai dengan keunggulannya face wash ini juga punya kandungan Niacinamide dan collagen yang tugasnya bikin kulit halus, segar, tidak kusam dan mencerahkan wajah.

Busanya cukup banyak, wanginya enak bangetttt, saya suka wangi semua product Whitelab. Setelah cuci wajah pakai ini gak bikin wajah licin. Untuk fungsi, entah karena baru beberapa hari pakai atau saya kurang punya masalah dengan facial wash apapun, so, gak ada yang special. Gak bikin kulit berubah aneh atau rusak, tapi gak langsung bikin wajah cerah berseri seketika.

image by Whitelab

Brightening Face Serum, Rp 75.000
Saya memang selalu cinta sama serum, product apapun. Karena ini lah yang selalu menjawab semua keresahan kulit wajah seketika. Pas ngerasa kusam, atau tiba-tiba kering banget penolong saya memang selalu ada di serum. Serum dari Whitelab ini punya kandungan 10% Niacinamide dan collagen, tugasnya udah jelas seperti yang sudah dipaparkan di atas, bikin wajah glowing, melembabkan, kulit halus dan kenyal.

Saya gunakan serum ini pagi dan malam. Seperi serum-serum pada umumnya, lebih thick gak encer, mudah di-apply dan langsung meresap. Lagi-lagi wanginya nyegerin banget. Manfaat pertama yang paling kerasa, begitu bangun pagi emang berasa gak kusam di wajah. Entah dari manfaat serum atau nigh cream yang efektif bikin muka lebih cerah.

image by Whitelab

Brightening Day Cream, Rp 59.000
Ini yang dari pertama kali pakai saya langsung suka, hampir sama Sukanya dengan face cream dan sunscreen dari Envygreen kecintaan. Ringan banget, dan langsung meresap di kulit. Of course wanginyaaaa yang enak banget, ngasih efek calming dan berasa percaya diri banget minta di-kiss sama pasangan hahaha.

Bikin wajah kenyal dan setingkat lebih cerah, tapi gak yang lebay gitu. Ada SPF 20+-nya juga, tapi tetap selalu saya double layer dengan produk khusus sunscreen kalau mau ke luar ruangan.

Klaimnya, day cream ini bisa mencerahkan, melembabkan, bikin kulit kencang dan mencegah tanda penuaan. Saya jatuh cinta pada pemakaian pertama sih sama cream ini. Pasti repurchase setelah ini habis. Jadi penasaran sama night cream-nya Whitelab hehe

Selain ke-tiga produk ini, Whitelab juga punya brightening body serum, underarm cream, dan brightening night cream. Belum ada produk lain.

Btw, product Whitelab bisa dibeli di e-commerce kesayangan kalian, bisa juga via Instagram atau langsung di official web Whitelab.

Yuk cobain!



Nasi bebek madura. Adalah jawaban saya ketika ditanya “Apa makanan favorite kamu?”
Jawaban yang sama, sampai kapanpun, gak pernah ganti. Iya, secinta itu sama nasi bebek.

Bukan sembarang nasi bebek, nasi bebek yang saya maksud adalah yang itu. Bebek goreng bumbu hitam madura dengan sambal pedas dan keunikan rasa surga duniawi. Dan bukan sembarang bumbu hitam, tapi harus bumbu hitam yang itu, yang sedapnya sampe merasuk ke jiwa. Macam nasi bebek Mak Isa.

Belum ada nasi bebek yang pernah saya makan yang lebih lezat selain nasi bebek Mak Isa. Sayangnya belum pernah ketemu lagi di daerah Depok ☹

Ketika masih jadi mahasiswa gabut, pertama kali saya makan nasi bebek mak Isah yang ada di Cipinang, Jakarta Timur. Dengan seorang teman yang selalu ke mana-mana bareng (ciye teman). Malam-malam, muter-muter keliling Jakarta, kelaperan, eh ada warung nasi bebek buka, sekali coba, nambah 3x, seenak itu. Sampe meneteskan air mata saking enaknya. Mungkin begini rasanya makanan surgawi.

Bukan bercanda ketika pemilik kedai memasang tulisan “Nasi Bebek Titipan Ilahi” di kaca gerobaknya. Memang benar-benar rasa titipan Ilahi.

Namanya nasi bebek, memang harus beli bebek dengan nasinya, jadi gak bisa bebeknya doang. Eh tapi gak tahu sih kalau dibawa pulang. Ada beberapa pilihan ukuran bebek kecil, sedang, dan besar. Dengan nasi yang ditaburi bawang goreng, irisan timun, bebek siram kuah hitam. Sekali suap, mata seketika gak bisa kedip, wadaaaww asli enak banget. Sampai akhirnya di piring ke-tiga gak bisa bangun, pulang harus dipapah. Kekeyangan makanan surga :D



Tekstur bebek dengan serat yang padat, daging lembut ketika digigit, gurih, juicy, tidak berbau. Disiram sambal hitam kaya rempah khas madura, lumer di mulut, menyatu dengan daging yang empuk. Setiap gigitan daging terasa bumbunya sampe ke hati, dengan rasa pedas dan lezatnya bikin siapapun pengen nangis. Ya nangis pedes, ya nangis enak. Pedas tapi gak bisa berhenti nyuap.

Nasi bebek Mak Isa yang legendaris ini memang diakui para pecinta kuliner sebagai salah satu nasi bebek terenak. Saya pernah beberapa kali kulineran nasi bebek di beberapa lokasi dan di beberapa kota, memang belum ada yang bisa ngalahin kelezatannya. Ada sih satu gerobak nasi bebek yang teman saya sebut “Nasi bebek Kuburan”, yang letaknya ada di dekat STMT Trisakti, Cipinang, Jakarta Timur. Cuma lupa nama tempatnya apa, itu pedasnya juga level hard core.

Mungkin ada banyak sambal hitam bebek madura di mana-mana, tapi beda racikan rasanya juga beda. Dan racikan mak Isa adalah salah satu rasa terbaik. Gak heran ada banyak pelanggan yang bahkan antre dari jam setengah lima pagi.

Saking legendarisnya dan gak buka cabang, akhirnya banyak penjual kecil yang memborong nasi bebek mak Isa dan dijual lagi di beberapa warung tenda kecil. Seperti di area Klender, atau terminal Kampung Melayu. (Entah kalau sekarang masih ada atau tidak)

Kekinian saya dikabari teman ada beberapa online yang menjual sambal bebek Mak Isa. Belum pernah coba.


Kalau kalian penasaran dengan rasanya, coba datang langsung ke:
Jl. Bekasi Timur, No. 44, Cipinang, Jakarta Timur
Kekinian kedai ini buka jam 05.00 – 24.00
(Oh sekarang sudah berubah jam tayang, sepuluh tahun lalu sih buka jam1 siang sampai tengah malam)

Kalau kalian sudah datang ke tempat ini, kabari ya, saya rindu sambel bebek mak Isah dan kenikmatan rasanya, legend.

*Notes : all picture by Zomato


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Aya zahir

Aya zahir

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • PARASITE, Film Korea Terbagus Tahun Ini
  • Pride and Prejudice, Jane Austen. Roman Terpopuler Sepanjang Masa
  • Body Care Review : Shower Scrub, Body Scrub & Brightening Body Lotion by Scarlett Whitening
  • Whitelab, Skincare yang Mengandung Niacinamide dan Collagen Pencerah Wajah, Harga Murah
  • Review : Body Scrub & Shower Scrub Coffee Edition by Scarlett Whitening

Blog Archive

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Mei (1)
      • Kenapa Saya Resign dari Perusahaan Negara dan Pili...
    • ►  Maret (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (47)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (53)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2011 (51)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.