Ini kali pertama saya menjalankan ibadah puasa dengan predikat anak kost. Seru, menyenangkan
Setelah sebelumnya saya
mengkhawatirkan banyak hal, dengan pengalaman bertahun-tahun bangun sahur
tinggal makan dan kini saya harus berpikir bagaimana caranya untuk tidak bangun
kesiangan, bagaimana caranya masak sendiri dan lain lain dan sebagainya.
Ternyata kekhawatiran saya
berlebihan, memang sih hari pertama saya kesiangan, tepat pukul 04.00 baru bangun
dalam keadaan kaget. Untung dengan keterbatasan kecerdasan saya di waktu malam
sebelum tidur saya sudah menyiapkan segalanya, nasi, lauk, dan sayur. Jadi
bangun tinggal makan saja sebetulnya. Tapi, tetap saja saya kaget dan
terburu-buru, padahal waktu imsyak juga masih setengah jam lebih dua menit
kemudian.
Itu hari pertama, menyiapkan menu
berbuka juga harus sendiri. Sendiri sesungguhnya adalah bukan artinya
benar-benar sendiri, artinya saya masak sendiri (tidak lagi dimasaki ibu) tapi
tetap rame-rame dengan anak kost yang lain. Begitupun sahur, kali kedua saya
bangun lebih awal jam setengah tiga, wow, sepertiga malamnya Allah banget tuh. Setelah basa basi dikit sama yang
punya hidup, akhirnya saya nonton acara kesayangan dulu di TVRI kisah-kisah
Islami (yang kebetuan selama beberapa hari terakhir menceritakan kisah Siti
Maryam). Menyengajakan diri bersantai, masaknya nanti jam setengah empat.
Bergiliran dengan teman yang lain juga, sambil sesekali cekikikan malam-malam
kalau tiba-tiba ada yang lucu.
Moment yang paling menyenangkan
adalah ‘membangunkan anak kost sahur’, ini kejadian yang kayaknya akan selalu
bikin kangen. Ternyata tidak hanya saya, mereka yang kebanyakan masih mahasiswi
lebih lagi malasnya. Terbiasa bangun sahur tinggal makan, terbiasa begitu melek
tinggal duduk dan nyuap, dan sekarang harus mengurus segala sesuatu sendiri.
Belum lagi ada saya yang sepertinya sengaja benar membangunkan mereka paksa, saya
gedor kencang-kencang pintu kamar mereka, seolah ada kabar genting yang detik
itu juga harus mereka dengar, membuat mereka bangun dalam keadaan kusut dan
cemberut. Puas banget rasanya meliahat
wajah mereka yang bangun ‘terpaksa’.
Makan bareng, sambil
ketawa-ketawa gak tahu apa yang dibahas. Makan di depan tv dengan menu campur
aduk apa yang ada di makan. Setelah akhirnya menumpuk cucian piring di dapur
lantas mereka kembali tidur hingga subuh.
Mereka? Ya mereka, saya enggak.
Saya tidak terbiasa tidur antara jeda sahur dan subuh, karena kalau sudah
terlanjur tidur susah lagi bangun subuhnya, itu alasan paling masuk akal.
Nonton tv lah, online lah, cuci piring lah (iya saya rajin banget),
bersih-bersih kamar, dan seterusnya dan sebagainya dan lain-lain.
Hingga tiba waktu subuh, moment
menyenangkan terulang lagi. Anak kost lain sengaja tidak pernah mengunci pintu
kamar mereka, supaya saya bisa masuk dan (lagi-lagi) memaksa mereka bangun
subuh. Setelah ambil air wudhu, saya mengendap-endap masuk ke satu persatu
kamar mereka saya nyalakan lampu dan cipratin air di tangan dengan gaya khas
teriakan “air suci, air suci”, lagi-lagi mereka gelagapan kaget dan kesal. Lah,
mereka yang minta saya bangunin yaaa…? Haha begitu terus sampe kamar paling
ujung semua bangun, semua shalat subuh, dan kadang ada beberapa yang mengaji
setelah sholat ada yang langsung tidur lagi.
Saya? Kamar sudah rapi, lantai
udah bersih, piring sudah saya cuci semua. Biasanya lagi-lagi nonton tv sampai
kira-kira jam 6 pagi, sambil rendam cucian baju kotor, setelahnya lantas
mencuci, mandi, matikan semua lampu kost-an dari lantai bawah sampai lantai
tiga. Kalau semua sudah beres, kebiasaan yang paling menyenangkan menatap
matahari terbit di lantai paling atas yang viewnya menghadap langsung ke arah
puncak Bogor, bisa menatap lekukan jalan bukit sentul dari kejauhan. Sambil
baca buku dan mendengarkan music, lebih sempurna kalau sambil minum roti dan
coklat hangat #iyainibulanpuasa
Begitu terus berulang-ulang
setiap hari. Ohya, saya bekerja. Bekerja di kamar lebih jelasnya. Karena saya
bekerja sebagai penulis naskah sebuah stasiun tv di Jakarta yang tidak
mengharuskan setiap hari saya ke kantor namun mewajibkan setiap dua hari sekali
kirim script cerita hasil imajinasi yang saya buat-buat sendiri.
Setiap pagi menatap matahari
terbit itu menyenangkan, sangat menyenangkan, anginnya dingin sangat, awannya
bersih, langitnya masih biru. Serasa alam semuanya tersenyum ke arah saya, atau
saya yang memang selalu keGRan.
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: