Jujur, keputusan untuk meninggalkan perusahaan milik negara tuh bukan hal yang gampang. Apalagi di mata sebagian besar orang, kerja di “kantor plat merah” tuh kayak udah jackpot hidup. “Gaji aman, tunjangan jelas, pensiun ada, ngapain resign?” adalah kalimat yang sering banget mampir ke telinga.
Kegiatan di kantor itu, template, setiap hari cuma ngejar target, ngisi absen, ikut meeting yang kadang bahkan saya nggak ngerti apa isinya. Nggak ada ruang buat berkembang, ide sering mentok karena terlalu banyak birokrasi.
Sementara di luar sana, saya lihat beberapa orang mulai bangun karier freelance, bikin bisnis kecil-kecilan, kerja dari mana aja, bahkan kerja di taman sambil bawa anak-anak juga bisa. Pasti tetap capek, iya. Tapi mereka punya pilihan. Mereka kerja sesuai pace dan gaya hidup yang seimbang.
Dan saya mau begitu juga.
Oh, ternyata gini Cara Menghasilkan Uang Tambahan di Tengah Pandemi
Momen “Aha!” dan Berani Ambil Langkah
Waktu pandemi 2020 lalu, saya sempat WFH karena kebijakan perusahaan. Dan di situ mulai 'ngeh saya bisa kerja lebih produktif, lebih fokus, dan lebih waras. Nggak harus buang waktu di jalan, nggak harus pura-pura semangat di depan atasan. Saya jadi punya waktu buat belajar hal baru, ikut kelas online, dan mulai ngerjain side project yang udah lama saya impikan.
Lama-lama, side project itu mulai menghasilkan. Nggak fantastis, tapi cukup buat anak-anak jajan dan liburan tipis-tipis. Di situ mulai kepikiran "kalau diseriusin, bisa kali ya ini jadi kerjaan utama?"
Dengan dukungan keluarga terdekat, akhirnya resign adalah keputusan terbaik yang saya ambil selama hidup saya.
Baca juga Mau Jadi Freelance Writer, Apa yang Harus Dilakukan Pemula?
Kerja dari Rumah: Nggak Sesantai Itu, Tapi Lebih Bermakna
Bekerja dari rumah itu bukan berarti leha-leha, kerja asal-asalan, meeting sambil dasteran. Nyatanya, saya kerja lebih keras dari sebelumnya. Tapi bedanya, sekarang bisa kerja sesuai mimpi. Bisa atur waktu, pilih klien yang disukai, dan belajar hal baru tiap hari.
Yang paling penting saya merasa semangat berkarya balik lagi. Saya bisa makan bareng keluarga tiap hari, olahraga rutin, bahkan ngejalanin hobi yang dulu cuma jadi wacana.
Keputusan resign ini bukan berarti saya anti kantor atau anti sistem. Tapi saya percaya, tiap orang punya panggilan dan gaya kerja yang beda. Buat saya, kerja dari rumah bukan cuma soal fleksibilitas, tapi soal hidup yang lebih utuh dan selaras sama apa yang saya percaya.
Jadi buat kamu yang lagi galau soal karier, coba mulai dengarkan kata hati sendiri. Pilih prioritas dan utamakan buat keputusan bersama sesuai hasil diskusi dengan keluarga,