Aya Zahir
  • Home
  • About
  • Travel
  • Parenting
  • Review
  • Blogging
  • Portfolio
Satu lagi, persembahan puisi dari pujangga yang sesungguhnya. Untaian huruf yang ia rangkai begitu hidup seakan semesta kata adalah kekuasaannya.
Puisi ini berjudul Luka Panjang di Punggung Malam. Karya maestro sastra: om Akbar dengan akun twitter @akf_akf
Sebuah kehormatan, aku diizinkan mengcopy paste puisi surganya, sebagai berikut:

 Luka Panjang di Punggung Malam

Kita tengah bercerita tentang takdir dan kesedihan,
menitipkannya sebagai perayaan pada luka panjang di punggung malam
Tak ada yang sia-sia, yang semestinya disebut dosa,
Kita lebih suka menganggapnya sebagai pemakaman atas luka

Ada yang tak sanggup selesai di mataku:
Wajahmu, yang juga tak bisa menjelaskan apa yang tengah ditanggungnya
Birahi, atau sebuah kesedihan yang mulai menua. 

Kita, tak sabar lagi menjemput fajar, di lehermu, dan wangi tengkukmu
Fajar telah terbit sebagai gigitan memar semerah mawar

Bukankah ini surga, tanyamu.
Lembut ciuman dan aroma kelenjar jantan,
Yang mampu menghapus segala kepedihan, melebihi jemarijemari hujan.

Aku hanya ingin sedikit komentar tentang sebuah lagu yang menurutku paling asik, santai, lyric yang sederhana namun maknanya langsung menyentuh ke hati.
Aku bukan pengamat musik yang baik, tidak hafal penyanyi-penyanyi yang sedang 'in
kalau lagunya asyik, suka-suka aja gitu.
Tapi dari sejak tau lagu ini, hingga sekian waktu yang sudah lewat tetap suka dan menurutku satu-satunya lgu yang tidak membosankan dari masa ke masa.

berikut beberapa penggal lyric lagunya
sebagai berikut:

Dia seperti apa yang selalu ku nantikan aku inginkan

Dia melihatku apa adanya seakan kusempurna
Tanpa buah kata kau curi hatiku
Dia tunjukkan dengan tulus cintanya
Terasa berbeda saat bersamanya
Aku jatuh cinta

mungkin bila ingin mendengar lagunya, sebagai berikut;


aku lupa mau posting hadiah puisi dari salah satu sahabat yang jago nyajak, penyiar sekaligus penyair galau akut. heheu
dari mas @raypiero

Desember Im In Love..

Aku berlinangan air mata menginjak bulan ini
Ada kenangan jauh yang kembali mendekat
Mungkin masa lalu selalu kelam, membuat ingatan berdarah-darah
Berjuta makna bergempita di dada. Layaknya rangkaian kembang api penutup tahun

Tidak. Bukan kembali mengingat.
Kenangan ini tetiba datang dalam diri
Mengusik ketenangan yang sudah lama kekal
Ingin menolak, namun hati tak kuasa.

Aku berlinangan air mata menginjak bulan ini
Ada tamu yang kembali mengetuk hati
Meminta ijin tuk masuk mendekati
Andai ku ijinkan, akankah jutaan kembang api masih mau meramaikan akhir tahun?

Tamu yang baru, membawa asa baru
Entah itu bahagia, entah berisi luka
Aku tak mau berharap. Pengalaman membuatku lupa akan harap
Jalani saja. Begitulah dunia berputar

Aku berlinangan air mata menginjak bulan ini
Kali ini tangisannya tersenyum, ditemani air mata berbumbu kebahagiaan
Bolehkah aku suka cita menyambutnya? Menyambut sosok yang mengetuk hati .
Bulan ini, aku ingin berdua menyalakan kembang api.
Bukan untuk mengusir tahun, namun merayakan cinta
Wartakan pada senja,
cinta masih tetap berkelana


Sayapku tak pernah lelah mengepak,
mencari dahan paling kokoh untuk hinggap.
di bahumu, barangkali_
Kepada langit,
daun yang gugur, hembus angin, dan mimpi yang belum tertidur.
aku titip satu nama untuk kalian jaga_
bilang, atas namaku.
Tegak berdiri di bibir pantai diantara batu karang
Angin, sesekali hembuskan kenangan masa silam
Masa tentang aku dan cinta ‘monyet’ku
Kadang juga membelai menyapu air hangat di pipi,
Yang jatuh tak tertahankan, perlahan tak kusadari.
Senja merapat memeluk hening ruang hampa di dasar terdalam hatiku
Berkejar-kejaran masa depan dan kisah lalu,
Aku tertipu.
Aku tersandung dengan lutut berdarah
Kembali lukaku yang tegak memapah
Aku rindu engkau, masa lalu
Yang diam-diam kembali mencuri hatiku
Aku suka Perancis, kotanya, seluk beluk kehidupannya, dan bahasanya. Meski tak sepaham apa yang mereka ucapkan, tapi bahasa mereka selalu terdengar romantis. Aku menyukai bahasa yang romantis, sama seperti aku menyukai puisi dan secangkir kopi. Begitu juga puisi Perancis, bebapa buku coba ku pahami sedikit untuk mengeja dan merafal bahasa surga mereka, dan ternyata sangat sederhana.
Berikut salah satu kutipan puisi yang sudah terkenal milik Jacques PrĂ©vert yang ternyata merupakan salah seorang penulis puisi dan skenario film terkemuka Perancis.

DEJEUNER DU MATIN
Il a mis le café
Dans la tasse
Il a mis le lait
Dans la tasse de café
Il a mis le sucre
Dans le café au lait
Avec la petite cuiller
Il a tourné
Il a bu le café au lait
Et il a reposé la tasse
Sans me parler
Il a allumé
Une cigarette
Il a fait des ronds
Avec la fumée
Il a mis les cendres
Dans le cendrier
Sans me parler
Sans me regarder
Il s’est levĂ©
Il a mis
Son chapeau sur sa tĂȘte
Il a mis son manteau de pluie
Parce qu’il pleuvait
Et il est parti
Sous la pluie
Sans une parole
Sans me regarder
Et moi j’ai pris
Ma tĂȘte dans ma main
Et j’ai pleurĂ©

Dengan terjemahan:
(ia sendokkan kopi ke dalam cangkir - ia tuangkan susu ke cangkir berisi kopi itu -
ia tambahkan gula di kopi susunya - dengan sendok kecil - diaduknya - diminumnya kopi itu 
 dan diletakkannya kembali cangkir - tanpa mengucapkan apa-apa.

dinyalakannya sebatang rokok - dihembuskannya lingkaran-lingkaran asap -
dijentikkannya abu rokok ke  dalam asbak - tanpa berbicara - tanpa memandangku.

ia bangkit - memakai topinya - mengenakan jas hujan - karena saat itu hujan turun - dan ia pergi - menembus hujan - tanpa sepatah kata - tanpa menoleh sedikit pun.

dan aku, kubenamkan - kepala dalam tanganku – dan kutersedu.)

Makna yang tersirat sungguh sangat jelas dan dalam, namun tetap dengan pilihan kata yang amat sangat sederhana. Aku menyukai bentuk puisi yang tak rumit semacam ini. Bahasa puisi yang umum dan mudah dipahami bagi siapa saja, terutama bagi debutant atau pemula seperti aku.

Aku menyukai sastra dan Perancis.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Aya zahir

Aya zahir

About Me

Suka menulis, rajin membaca dan gemar menabung. Aktif nge-Blog dari 2010.

Subscribe & Follow

Popular Posts

  • Pride and Prejudice, Jane Austen. Roman Terpopuler Sepanjang Masa
  • 5 Snack Diet Murah di Indomaret, Alfamart
  • Body Care Review : Shower Scrub, Body Scrub & Brightening Body Lotion by Scarlett Whitening
  • Review : Body Scrub & Shower Scrub Coffee Edition by Scarlett Whitening
  • Kenapa Saya Resign dari Perusahaan Negara dan Pilih Kerja dari Rumah Aja

Blog Archive

  • ►  2025 (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2021 (18)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (47)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (16)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (53)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (11)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (14)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (61)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (11)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (8)
  • ▼  2011 (51)
    • ▼  Desember (7)
      • Luka Panjang di Punggung Malam
      • Maliq & D' Essential - Dia
      • Desember Im In Love
      • Pencarian
      • Titipkan Salam
      • Bibir Pantai
      • Puisi "DEJEUNER DU MATIN" Jacques Prevert
    • ►  November (10)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (19)
    • ►  Juni (9)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)

Part Of

Blogger Perempuan
1minggu1cerita
BloggerHub Indonesia

Teman Blogger

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Styling By Yanikmatilah Saja | Theme by OddThemes.

COPYRIGHT © 2020 Aya Zahir | Origin by OddThemes. Styling by Yanikmatilah.